JATENG.NASDEM.ID – Masyarakat dan para stakeholder memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama menanam dan menjaga ekosistem mangrove. Seperti yang diketahui, mangrove memiliki berbagai manfaat, bukan hanya untuk masyarakat pesisir namun juga masyarakat luas.
Beberapa kelompok masyarakat serta mahasiswa di Kota Semarang yang terdiri dari mahasiswa, organisasi masyarakat, serta pegiat lingkungan mengikuti diskusi Obrolan Pojok Madukoro yang digelar di kantor DPW NasDem pada Sabtu (27/8) lalu.
Ketua kesatuan Nelayan Tradisional Wilayah Jawa Tengah Slamet Ari Nugroho dalam pemaparannya menyatakan bahwa krisis iklim mempengaruhi datangnya rob di pesisir Kota Semarang sewaktu-waktu.
“Kami melihat krisis iklim sangat mempengaruhi. Jika tak ada upaya berkelanjutan maka Tambak Lorok akan terancam,” terangnya.
Ia juga menyayangkan bahwa pemerintah mengatakan bahwa banjir rob bukanlah bencana dan tak ada anggaran khusus. Hal ini, lanjut Ari, membuat gap anggaran antara masyarakat pesisir dan masyarakat non-pesisir begitu besar.
Selain krisis iklim yang kini dihadapi, para nelayan saat ini juga mengalami berbagai tantangan yaitu sulitnya mencari ikan dan menjualnya, pendangkalan pesisir, banjir rob, masalah ekonomi, pendidikan anak dan lainnya.
“Jika pemerintah bisa menyelesaikan 25 persen permasalahan nelayan, maka 25 persen permasalahan bangsa akan terselesaikan,” pesannya.
Sementara itu, Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Soegijapranata Amri Zarois Ismail mengatakan bahwa partai memegang perenan penting dalam suatu gerakan perubahan. Diskusi dan juga aksi untuk lingkungan juga perlu dilakukan oleh partai.
“Masyarakat harus dibangun kapasitas dan kepeduliannya terhadap lingkungan. Jika masyarkat menganggap lingkungan sebagai komoditas, maka masyarakat tidak bisa hidup tanpa lingkungan,” tegas Amri.
Tanam Magrove untuk Selamatkan Pesisir Pantura
Membincang ancaman perubahan iklim dan masyarakat pesisir, maka tak bisa terlepas dari konservasi mangrove.
Perubahan iklim yang menyebabkan muka air laut semakin naik serta muka tanah yang semakin turun, membutuhkan penanaman dan konservasi mangrove yang konsisten dan terus menerus.
Selain bermanfaat untuk mengurangi ancaman abrasi, mangrove juga memiliki berbagai manfaat untuk manusia.
“Setiap bagian dari mangrove adalah mesin biologis yang fungsinya tidak bisa digantikan oleh manusia. Komoditas biologis ini merupaan komoditas alam yang sudah hidup gratis di alam, jika tak kita pertahankan maka tak akan mungkin komoditas ini dihasilkan oleh pabrik,” tegas Amri.
Seperti yang diketahui, mangrove juga menjadi habitat hewan laut. Jika habitat mangrove ditingkatkan maka akan menambah produktivitas masyarakat tambak.
Sementara itu, Pakar Hukum Tata Negara Atang Irawan dalam kesempatan tersebut menyebutkan bahwa banjir rob di Kota Semarang dan wilayah Pantura di Jawa Tengah lainnya sudah menjadi musuh bersama.
“Rob semarang sudah menjadi musuh bersama. Ini sudah menjadi darurat rob. Jika melihat narasi yang dipublikasi, alam selalu disalahkan yaitu air laut yang naik,” terang Atang.
Ia menekankan bahwa gerakan tanam mangrove di Kota Semarang serta wilayah Pantura harus dilakukan secara koletif oleh masyarakat dan bukan hanya mengandalkan pemerintah.
“Semarang harus menjadi magnitude besar bagi kita, bagaimana melakukan pencegahan semarang tenggelam melalui penanaman mangrove. Jangan hanya menunggu pemerintah meninggikan jalan , mari kita bergerak bersama!,” ajak Atang.
Dalam kesempatan tersebut, berbagai kelompok masyarakat yang hadir sepakat bahwa menyelamatkan pesisir pantura dengan menanam mangrove adalah upaya kolektif yang bisa dilakukan saat ini.
Sebagai informasi, diskusi ini merupakan rangkaian dari NasDem Peduli Pantura pada Minggu (28/8) lalu yang menanam 10 ribu bibit mangrove di 10 lokasi pesisir Pantura Jawa Tengah.