18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Pendidikan Keluarga

Ditulis oleh Ono Sarwono (Kader NasDem)

TEMA Hardiknas yang baru lalu ‘Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar’. Pesannya kurang lebih semangat kolaborasi antarsemua pemangku kepentingan untuk terus memperjuangkan hak setiap individu guna mendapatkan pendidikan berkualitas sesuai dengan minat dan bakatnya.

Apapun sistem pendidikan kita, yang tidak boleh dipinggirkan ialah pembentukan karakter. Caranya sejalan dengan filosofi pendidikan kita, Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Di depan memberi teladan, di tengah membimbing, dari belakang mendorong).

Tentu saja, dalam pendidikan watak itu bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab lembaga formal (sekolah) tetapi juga melibatkan peran para orangtua dalam lingkungan keluarga. Itulah yang dilakukan Kunti Talibrata ketika membesarkan putra-putranya dalam cerita wayang.

Dididik Durna

Sentuhan otangtua itulah pada akhirnya yang membedakan derajat dan kualitas pribadi Pandawa dengan saudara sepupunya, Kurawa. Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa menjadi para kesatria utama dan insan kekasih dewa.

Bila merunut dari garis trah, Pandawa dan Kurawa sama-sama cucu mantan raja Astina Prabu Kresnadwipayana alias Abiyasa. Tapi watak dan kepribadian mereka bertolak belakang akibat beda pola asuh.

Pandawa ialah putra Pandu dengan Kunti dan Madrim berjumlah lima. Sedangkan Kurawa anak pasangan Drestarastra (kakak Pandu) dengan Gendari sebanyak seratus orang. Mereka lahir dan melewati masa kecil hingga remaja di istana.

Pandawa dan Kurawa dididik oleh guru yang sama, Begawan Durna, di Padepokan Sokalima. Tidak ada perbedaan kurikulum bagi dua keluarga tersebut. Bedanya, Pandawa tipe murid patuh dan rajin, sebaliknya Kurawa siswa nakal dan pemalas.

Kebiasaan Kurawa suka menyepelekan guru. Semua pelajaran diabaikan karena dianggap tidak bermanfaat. Bila di ruang kelas, Kurupati dan adik-adiknya hanya gojek (bermain) melulu. Di antara mereka malah selalu ada yang bermain remi.

Kenapa polah-tingkah Kurawa demikian? Padahal mereka bukan keturunan orang pidak pedaraan (sembarangan). Abiyasa, selain mantan raja, juga resi agung yang kaloka ing rat, diakui sampai ke pelosok marcapada hingga para dewa kahyangan.

Jawabannya karena Kurawa berada dalam asuhan pamannya dari garis ibu, yakni Arya Suman yang kondang bernama Sengkuni. Siang-malam mereka glundhang-glundhung (lengket). Di situlah Suman meracuni pikiran dan hati keponakannya.

Sengkuni mengindoktrinasi Kurawa dan keluarganya bahwa hidup mereka pasti telantar jika tidak memiliki kekuasaan. Satu-satunya jalan, Pandawa, sebagai ahli waris, harus dilenyapkan. Menimba ilmu dari Durna tidak ada guna bila tanpa takhta.

Akibat begitu masifnya pencucian otak yang diinjeksikan Sengkuni, Kurawa menjadi benci serta memusuhi Pandawa. Mereka hanyut dalam skenario licik sang paman. Kurupati dan adik-adiknya menjelma sebagai ‘serigala-serigala’ bengis.

Orangtua tunggal

Berbeda halnya dengan Pandawa. Buah didikan Kunti menjadikan putranya sebagai para kesatria hebat. Selain sakti mandraguna juga berkepribadian luhur. Berbakti kepada orangtua, termasuk Durna meski gurunya itu berpihak Kurawa.

Sebenarnya begitu berat Kunti membesarkan putra-putranya. Suaminya, Pandu, mangkat ketika tiga anaknya masih kecil. Wanita berdarah Mandura itu pun harus menyusui anak kembar Pandu dengan istri kedua, Madrim, yang meninggal pascamelahirkan.

Jadi, Kunti single parent (orangtua tunggal). Dengan telaten dan penuh kasih sayang, ia mendidik para putranya menjadi manusia berwatak mulia. Salah satu piwulangnya, martabat kesatria itu bukan pada kekuasaan melainkan bermanfaat bagi sesama dan peradaban dunia.

Prita, nama lain Kunti, juga meneladankan watak sabar dan tawakal menghadapi setiap lelakon. Ada kodrat yang bisa diwiradati (diubah), tetapi ada pula yang memang sudah garis hidup sehingga mesti diterima dan dijalani dengan tabah.

Selain itu, anak-anaknya terus didorong agar tetap bersemangat menjemput masa depan. Kehilangan hak warisan takhta Astina yang dirampas Kurawa bukan akhir segala-galanya. Kesatria mesti tetap optimistis, apapun kendalanya.

Maka, ketika Pandawa terhujani berbagai cobaan, semua dihadapi dengan hati yang kuat. Seperti saat mereka dan ibunya dibakar Kurawa di Bale Sigala-gala. Berkat pertolongan dewa, mereka selamat dari upaya genosida tersebut.

Kunti dengan penuh tanggung jawab mendampingi putra-putranya yang hidup ngulandara (berkelana) akibat terusir dari istana dan menjadi target pembunuhan. Meski begitu pahit, Pandawa dilarang dendam kepada Kurawa.

Pandawa memilih membangun tempat tinggal sendiri yang kemudian berkembang menjadi negara Amarta. Eloknya, istananya lebih megah jika dibandingkan dengan istana Astina. Kurawa jadi tergiur dan ingin menguasai.

Lewat ajakan bermain dadu, Kurawa berhasil merampas kekuasaan Pandawa atas Amarta. Malah, sebagai konsekuensi dari kekalahannya, Puntadewa bersaudara tinggal di Hutan Kamyaka selusin tahun dan ditambah satu tahun menyamar.

Kunti lagi-lagi membesarkan hati putra-putranya untuk menerima kenyataan. Tidak meratapi hidup yang penuh liku dan luka. Maka, tidak aneh bila setiap lelakonnya diniati dan dikenyam sebagai wahana menyepuh diri dengan laku prihatin.

Sirna di Kurusetra

Pada akhirnya, Pandawa mau tidak mau harus melakoni kodrat berperang melawan Kurawa dalam Bharatayuda di medan Kurusetra.

Kurawa sirna dari muka bumi. Maknanya, kebenaran menang atas kezaliman.

Dari kisah singkat ini bisa digarisbawahi bahwa Kurawa berwatak asor (buruk), di antaranya karena tidak pernah mendapat didikan orangtua. Celakanya, mereka dekat dengan pamannya yang culas dan ambisius terhadap kekuasaan.

Sebaliknya, Pandawa dalam ‘gendongan’ ibunya yang berhati kumala. Berkat welas-asih penggulawentahannya, Puntadewa dan empat adiknya menjadi kesatria memanik-e (mahkota) jagat. Poinnya, begitu penting pendidikan dalam keluarga. ***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top