18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Forum Klampisireng

Ditulis oleh Ono Sarwono (Kader NasDem)

PADA suatu pagi menjelang siang yang cerah, Raden Abimanyu tiba sowan kepada Ki Semar Badranaya di Dusun Klampisireng. Persis beberapa saat usai sepasang burung prenjak berkicau di pohon belimbing yang rindang di halaman rumah.

Kebetulan pada saat itu tuan rumah dan tiga anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong sedang santai bercengkerama di teras. Panakawan bergegas menyambut tamunya dengan penuh kehangatan. Binar dan senyum ramah menghiasi wajah mereka.

“Eee… Njanur gunung (tumben) ndara (bendara) Abimanyu sudi datang ke gubuk saya. Pantesan sejak tadi burung prenjak nggancer (semangat berkicau). Mangga-mangga (mari-mari) masuk ke rumah,” ujar Semar.

“Terima kasih Ki Semar. Di sini (teras) saja,” kata Abimanyu sambil menyalami satu persatu Panakawan. Putra Arjuna itu lalu bersila di lincak bersama Semar. Sedangkan Gareng, Petruk, dan Bagong duduk di lantai beralaskan tikar mendong.

“Selamat datang ndara. Apa kabar?” tanya Panakawan hampir bersamaan.

“Kabar saya baik, sehat,” jawab Abimanyu. “Ki Semar, Kang Gareng, Petruk, dan Bagong juga sehat-sehat, kan?”.

Sejenak setelah berbasa-basi, Semar bertanya, “Kedatangan ndara ke Klampisireng diutus ndara Puntadewa (raja Amarta) atau keinginan pribadi?”

Abimanyu mengaku kedatangannya atas kemauan pribadi. Selain bersilaturahim juga bermaksud memohon pencerahan dari Semar sebagai pamongnya Pandawa terkait dengan kapribaden (watak) dan persoalan kenegaraan.

Semar tersenyum dan mengangguk-angguk. Sementara itu Petruk beranjak menuju dapur. Sejenak kemudian ia keluar membawa wedang teh dan nyamikan. “Silakan dicicipi, ndara. Ini ketela ungu hasil kebun sendiri.”

Lelaki muda nan tampan itu mengaku sesekali makan ubi rambat tapi belum pernah mencoba yang ungu. “Ini enak, empur. Kang Petruk, nanti saya minta bibitnya, ya. Mau saya tanam di Kesatrian Plangkawati,” katanya.

Abimanyu bertanya kepada Semar, apa yang harus dijalani dan dilakukan sebagai calon pemimpin. Dirinya merasa masih gamang menyongsong masa depan meski sudah mendapat Wahyu Kanarendran atau Cakraningrat.

Menurut wangsit dewa, kesatria yang kasinungan (mendapat) wahyu tersebut bakal jadi pemimpin atau menurunkan raja-raja besar di kemudian hari. Abimanyu ialah satu-satunya kesatria yang mampu menggayuh anugerah tersebut.

Selain Abimanyu, ada dua kandidat lain yang berpeluang menggantikan Puntadewa sebagai pemimpin Amarta berikutnya, yakni Pancawala dan Gatotkaca. Keduanya kakak sepupunya, yang pertama putra Puntadewa, satunya lagi putra Werkudara.

Semar menjelaskan syarat utama menjadi pemimpin itu harus mengerti dan paham konstitusi. Tahu betul tujuan negara didirikan sehingga tidak melenceng dari cita-cita para pendiri bangsa. Itu yang harus menjadi ‘guidance’ utama memimpin.

Pemimpin yang tak paham paugeran utama dan sejarah didirikannya negara, kata Semar, pasti kehilangan arah. Bakal semaunya sendiri dan celakanya lagi bisa-bisa menjadi benalu. Menggerogoti dan menghisap negara memenuhi hasrat pribadi.

“Banyak pemimpin dari level bawah hingga tinggi yang menganggap jabatan atau kedudukan itu kekuasaan, bukan amanah yang harus diemban dengan baik-baik.”

“Apa bedanya kekuasaan dengan amanah, Ki?” tanya Abimanyu.

Menurut Semar, kekuasaan ini cenderung hak untuk melakukan apa pun sesuai dengan keinginannya. Sedangkan amanah itu sesuatu yang dipercayakan, dalam hal ini rakyat memercayakan kepada pemimpin guna mewujudkan kesejahteraan, kehidupan yang adil dan makmur.

“Jadi, diksinya bukan kekuasaan tetapi amanah ya, Pak,” kata Petruk.

Bagong pun nyeletuk, “Diksi istana juga menggambarkan mereka yang berkantor di situ ialah penguasa.”

Selain itu, lanjut Semar, ada diksi lain yang keliru terkait dengan proses pemilihan pemimpin sehingga berdampak pada situasi dan kondisi sosial politik yang tidak baik. Yaitu, kata menang dan kalah. Dengan dua kata itu otomatis ada duel dan saling mengalahkan.

Padahal, yang terjadi ialah setiap kontestan saling menyodorkan diri kepada rakyat agar dipilih sebagai pemimpin. Tidak ada pertarungan tetapi perlombaan. Dengan demikian yang ada hanyalah kegembiraan bukan gontok-gontokan antarcalon dan para pendukungnya.

“Dengan begitu pasti tidak ada pula yang mengobrak-abrik alat peraga kampanye,” sela Gareng. “Masyarakat pun terjaga kerukunannya meski berbeda pilihan.”

Semakin dekatnya hari pemilihan, memang ada aksi-aksi yang melanggar aturan di sejumlah daerah. Selain pencopotan dan perusakan alat peraga kampanye, ada pula pengondisian dengan ancaman atau tekanan terhadap warga untuk memlilih calon tertentu.

“Pemilihan itu seyogianya seperti kontes ‘kecantikan’. Setiap kontestan berlenggak-lenggok memamerkan keayuan masing-masing. Biarkan rakyat menilai mana yang paling banyak mendapatkan suara,” ujar Bagong.

Abimanyu tersenyum mendengar celotehan Bagong.

Semar berpesan kepada Abimanyu agar saat berkampanye tidak mengeluarkan pernyataan provokatif yang berpotensi menimbulkan kegaduhan dan permusuhan sesama anak bangsa. Jangan karena bernafsu dipilih rakyat lalu lupa pentingnya kerukukan dan persatuan bangsa.

“Kita semua tahu pemilihan pemimpin itu terjadi secara periodik. Bagi para calon pemimpin, jadikan ini momen mengoreksi kepemimpinan yang lalu, masih adakah yang kurang dan apa yang harus dilakukan ke depannya.”

Menurut Semar, setiap masa dibutuhkan model pemimpin berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Ini yang mesti menjadi pertimbangan rakyat memilih. Hanya itulah yang akan menjamin keberlanjutan pembangunan bangsa yang lebih baik.

“Terima kasih Ki Semar,” kata Abimanyu.

Percakapan mereka terhenti setelah terdengar seruan bersembahyang siang. Semar dan Abimanyu serta Panakawan lainnya bersiap melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat beriman. ***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top