18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Forum Klampisireng

Ono Sarwono (Kader NasDem)

BERDASARKAN hasil survei dari sejumlah lembaga, tiga nama bersaing dalam bursa calon raja Negara Amarta, yaitu Abimanyu, Pancawala, dan Gathotkaca. Posisi ketiga kandidat terus berubah hingga sembilan bulan menjelang pemilihan.

Isu itu yang kerap menjadi bahan diskusi di berbagai forum, terutama media massa televisi setiap ada rilis hasil survei terbaru. Masyarakat disuguhi data serta analisa para nara sumber sekitar variabel yang memengaruhi pilihan warga terhadap calon.

Tontonan tersebut yang dikritisi sekaligus tidak diminati Bagong. Panggung demikian itu dianggap hanya menguntungkan pamor lembaga survei. Bagi rakyat, sesungguhnya itu tidak bermanfaat, sekadar info kecenderungan pilihan warga.

“Loh, bukannya itu menarik Gong (Bagong),” tanya Petruk.

“Menurut saya, itu tak penting,” tukas Bagong. “Mungkin, kalau untuk para kandidat dan tim pendukungnya, bisa jadi penting, bermanfaat.”

Petruk mengerutkan dahi, “Nggleling (sok hebat) sekali kamu Gong!”

“Kalau saya tertarik Gong,” timpal Gareng. “Dari data itu bisa tergambar siapa yang kira-kira bakal terpilih menjadi pemimpin.”

Bagong meminta kedua kakaknya merenung-renungkan manfaat hasil-hasil survei tersebut. Apa pentingnya bagi rakyat. Malah, bukankah tidak mungkin banyak warga yang nanti terpengaruh oleh hasil survei dalam menentukan pilihannya.

“Jadi, itu bisa menggiring masyarakat,” ujarnya.

“Maksudnya?” kejar Petruk.

Bagong menjelaskan, terlepas dari aspek kejujuran serta integritas lembaga survei, dirinya khawatir hal itu bisa saja digunakan sebagai alat politik pihak tertentu. Artinya, di balik dasar keilmuannya, ada semacam upaya agar warga memilih calon tertentu.

“Ah, jangan terlalu jauh seperti itu Gong, Itu kan survei, selain ada dasar ilmunya, juga ada norma dan etikanya, ” ujar Petruk.

Menurut Bagong, suguhan yang penting bagi masyarakat sesungguhnya apa yang menjadi program para kandidat bila nanti terpilih. Ini lebih substantif. Artinya ada janji dari mereka dalam upaya memajukan negara dan memakmurkan rakyat.

“Rakyat dipaparkan pilihan-pilihan sehingga bisa menimbang-nimbang siapa yang programnya paling menjanjikan.”

Gareng menimpali, “Gong, yang begitu itu nanti ada waktunya, saat kampanye.”

Bagong berharap hal-hal yang substantif itu yang mesti diutamakan dalam setiap kesempatan. Bukan hanya riuh-rendahnya ritual lima tahunan yang dikedepankan. Rakyat pun mesti sadar bahwa pemilu sarana memilih pemimpin terbaik.

“Rakyat itu subyek, pemilik pemilu,” tukasnya.

“Wah…tumben Bagong cerdas banget. Belajar dari mana Le (dik),” ujar Petruk.

“Kalau urusan rakyat, saya kerap tiba-tiba jadi cerdas kok Kang.”

Hari itu, suasana pagi menjelang siang di Klampisireng terasa segar. Pohon-pohon menghijau dan rindang. Burung-burung silih berganti hinggap dan terbang di dahan pohon belimbing yang sedang berbunga di depan rumah.

Memang, seperti biasanya, ketika tidak bertugas mendampingi bendara, Panakawan berkumpul di rumah bapaknya, Semar Badranaya, di Dusun Klampisireng. Mereka mengobrol sekenanya, tapi tidak pernah lepas dari isu aktual kebangsaan.

Belakangan beredar kabar, Prabu Puntadewa menyatakan akan cawe-cawe dalam pemilihan pemimpin penerusnya. Hal itu menimbulkan kritik dan kekhawatiran bahwa raja tidak netral. Namun, istana menjelaskan cawe-cawe-nya raja itu demi menjamin pemilihan jujur dan adil.

Berbarengan dengan terdengarnya kicauan burung kepodang, Semar muncul dari pintu tengah lalu bergabung dengan ketiga anaknya, duduk bersila di lincak bertikar pandan.  “Gayeng, lagi ngomongin apa thole (anak-anak),” tanyanya.

Petruk menjelaskan lagi ngobrol tahun politik. Sekitar menjamurnya hasil survei tentang elektabilitas para kandidat serta situasi kondisi politik yang mulai hangat. “Mekaten (begitu), Pak.”

“Oooo…ya…ya. Di mana-mana saat ini banyak orang bicara politik. Rakyat menikmati kebebasan berbicara,” ujar Semar.

“Tapi, karena bebas itu, setiap menjelang pemilu ada saja yang sengaja membuat suasana jadi panas,” keluh Gareng.

Semar mengingatkan semua pihak memiliki tanggung jawab agar suasana tetap ayem tenteram. Jadikan pesta demokrasi yang indah. Bangun dan wujudkan pemilu sesuai dengan muruahnya, yaitu jalan mencapai kemakmuran rakyat.

Terkait dengan hal itu, Semar berharap setiap kandidat menyampaikan gagasan dan program yang akan dijalankan bila terpilih. Tidak perlu menjelekkan pihak lain karena akan menimbulkan balasan serupa sehingga suasana gaduh dan menyulut kebencian.

Bagong menambahkan, ada kandidat yang mengusung perubahan, rakyat berhak diberi penjelasan. Apa detil programnya. Sebaliknya, kandidat yang menyatakan akan meneruskan pembangunan pemimpin sebelumnya, itu apa yang dimaksud.

“Jadi klir, bukan omong kosong. Silakan ndara Abimanyu, Pancawala, dan Gathotkaca menyampaikan gagasan masing-masing untuk membawa Amarta semakin maju dan rakyat makmur.”

Dengan begitu, sambungnya, rakyat tahu dan paham program setiap kandidat. Bagaimanapun semua calon pemimpin memiliki tujuan mulia untuk bangsa dan negara. Jadi rakyat bisa menimbang siapa yang cocok dengan hati nuraninya.

“Kalau demikian itu rakyat pasti tidak terbelah, tidak eker-ekeran (bertengkar) sehingga suasana adem.”

Petruk menepuk-nepuk punggung Bagong sambil tersenyum. “Wah…wah… Bagong hebat. Baru kali ini pula serius, tidak slengekan (serampangan). Jangan-jangan lagi kerasukan apa gitu.”

“Kerasukan ketela rebus dan wedang jahe,” saut Gareng terkekeh-kekeh.

Semar berharap demokrasi di Amarta semakin matang. Siapa pun yang mendapat amanah rakyat mesti menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Kekuasaan itu gelanggang kesatria mengorbankan jiwa raganya bagi bangsa dan negara.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top