NASDEM.JATENG.ID – Garda Wanita (Garnita) Malahayati DPD NasDem Banyumas kini tengah berbenah dengan merevitalisasi kepengurusan, berhubung ada banyak anggota terdahulu nonaktif karena berbagai hal.
Di depan pengurus dan anggota baru Garnita Malahayati, Ketua DPD NasDem Banyumas Kak Djadjat Sudradjat mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung. Ia berharap kepengurusan baru ini nanti lebih solid dan menunjukkan kelasnya dengan meneladani Patriot Laksamana Malahayati.
Pada kesempatan itu Kak Djadjat didampingi Wakabid Pemenangan Pemilu Kak Suharnoto, Wakabid Organisasi dan Kak Eni Kusrini, Sekretaris Kak Wikan Agung Winasis, Bendahara Kak Nurhidayat, dan Wakil Sekretaris Bidang Administrasi Kak Yayat Nurmuslimin Saput.
Kak Djadjat menjelaskan Partai NasDem adalah satu-satunya partai yang keterwakilan perempuannya di DPR RI paling tinggi, yakni 33,2 persen. Padahal, NasDem partai baru, tapi bisa di atas ketentuan undang-undang yakni paling sedikit 30 persen kuota perempuannya.
“Para ibu, panjenengan semua, harus merasa termotivasi karena upaya dan capaian NasDem dalam soal kesetaraan gender luar biasa,” kata anggota DPRD Kabupaten Banyumas itu kepada calon anggota Garnita Malahayati Banyumas di kantor DPD NasDem, beberapa hari lalu.
Pada kesempatan itu, Kak Djadjat menceritakan kenapa organisasi sayap NasDem itu diberi nama Malahayati. Nama ini diambil dari pahlawan perempuan Kesultanan Aceh, Keumalahayati, yang lahir di Aceh Besar pada 1550. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah.
Salahuddin Syah memerintah sekitar 1530–1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada 1585–1604, Malahayati adalah Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Dikutip dari berbagai sumber, perempuan pemberani ini memimpin sekitar 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan musuh pada 11 September 1599. Malahayati berhasil membunuh pimpinan musuh, Cornelis de Houtman, dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Atas semangat patriotisme membela negara (Kesultanan Aceh), ia mendapat gelar Laksamana. Ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.
“Saya berharap para ibu yang nanti akan menjadi anggota dan pengurus Garnita Malahayati meneladani semangat dan keberanian Laksamana Malahayati. Pelaut perempuan yang ulung dari kerajaan di bumi Nusantara,” kata Djadjat mengakhiri sambutannya.