Oleh: Much Taufiqillah Al Mufti Al Mufti, Sekretaris DPD NasDem Kota Semarang
Sebagaimana instruksi DPP Partai NasDem untuk menguatkan Dewan Pimpinan Ranting (DPRt), maka semua wilayah kepengurusan Partai NasDem segera mematangkan mesin politik yang bergerak di akar rumput itu. Hal itu penting, sebab pertarungan politik 2024 kelak, Partai tak hanya dituntut mencari vote getter yang bisa menanjakkan pundi-pundi suara. Bermain di udara tak akan membuat Partai memiliki basis yang mengakar.
Kak Surya Paloh pernah mengatakan, “Saya ingin Partai NasDem tak hanya ikut serta dalam dua atau tiga kali Pemilu. Saya ingin Partai NasDem ikut dalam 100 kali Pemilu!” Bayangkan, 100 kali Pemilu. Kalau konstitusi tidak berubah dan peraturan perundangan-undangan masih sama, 100 kali Pemilu sama halnya 500 tahun lamanya. Nah tentu saja selama separuh abad itu Partai akan berinovasi bukan?
Sejak di awal-awal Partai NasDem berdiri Kak Surya sudah menekankan, Partai NasDem mutlak harus memenuhi struktur di desa dan di TPS. Kata Kak Surya, minimal kita harus memiliki 10 kader saja yang bisa menjadi tulang punggung kerja-kerja politik Partai NasDem di tengah masyarakat. Kalau sudah demikian bukan tidak mungkin impian Partai NasDem berlaga di 100 Pemilu tercapai. Kendati itu belum cukup.
Sebab, menurut Kak Surya Partai NasDem harus bergerak dalam dua ranah. Satu, Partai NasDem harus meningkatkan kapasitas sekaligus kuantitas kader dan juga branding partai.
Dalam hal branding partai, Kak Surya pernah mengatakan saat melakukan peninjauan pembangunan Kantor Partai NasDem di Gondangdia, “Bagaimana mungkin sebuah partai bisa meyakinkan rakyat bila kapasitas yang mendasar dari sebuah partai sudah tidak mumpuni? Apa pandangan rakyat jika kantor partai terkesan gelap dan kusam, papan nama asal-asalan, kartu anggota tak karuan, basis data kabur, dan manajemen kantor seadanya?”
Saya membayangkan kantor Partai NasDem merupakan ruang terbuka bagi rakyat untuk membicarakan isu lokal dan penderitaan hidup sehari-hari. Tak urung juga kantor partai juga bisa difungsikan sebagai wahana mahasiswa mengenal politik praktis. Sebab pemberitaan media yang bias acapkali membuat mahasiswa sinis terhadap politik. Hal itu tentu saja, sebagaimana kata Kak Surya, kantor partai jangan terkesan gelap, kusam, dan manajemen kantor seadanya.
Dalam hal kepartaian Kak Surya dijuluki perfeksionis, bahwa partai bukan saja soal ‘alat’ untuk memenangkan politik, namun partai juga bagian dari kebudayaan yang manunggal bersama rakyat. Oleh karenananya partai perlu mengadakan manajemen kembali terhadap tata kelola partai baik dalam bidang infrastruktur, pun tak kalah penting suprastrukturnya (baca: ideologi).
Sejak Kongres II Partai NasDem telah menerbitkan aplikasi NasDem Digital dan web digital.nasdem.id yang digawangi kakak-kakak bidang Digital dan Siber. Aplikasi tersebut berguna untuk mendata sekaligus membuat e-KTA kader. Seorang kader bisa mendaftarkan diri di aplikasi itu lalu memasukkan kode referal dari kader lain. Bila lolos verifikasi maka seorang kader telah sah menjadi anggota Partai NasDem.
Seluruh kader diperintah untuk menggaet anggota sebanyak-banyaknya dan terdata di aplikasi tersebut. Tidak main-main, tegas perintah itu ditujukan pada setiap anggota dewan. DPW Partai NasDem Jawa Tengah menargetkan setiap anggota dewan memiliki 500 anggota yang terinput dalam satu kode referal yang dimiliki tiap anggota dewan.
Pendataan kader Partai NasDem melalui aplikasi teramat penting sebab dua hal. Pertama, partai harus memiliki basis data yang termutakhir gunanya untuk mengukur kekuatan menjelang menghadapi kontestasi Pemilu atau Pilkada. Kedua, kader-kader yang telah terda
ta di akar rumput selanjutnya mereka diarahkan membentuk kepengurusan Dewan Pimpinan Ranting (DPRt). Di pundak mereka para pengurus DPRt, meminjam perkataan Kak Surya, yang bisa menjadi tulang punggung kerja-kerja politik Partai NasDem di tengah masyarakat.
Besar harapannya dengan pendataan kader tersebut dapat meningkatkan Party-ID. Tapi sebelumnya, apa itu Party ID? Sebuah istilah untuk menggambarkan seberapa dekat masyarakat terhadap partai. Semakin tinggi Party-ID sebuah partai maka partai tersebut memiliki loyalis yang tinggi. Dan semakin banyak sebuah partai memiliki loyalis di akar rumput, setidaknya akan menjawab tiga persoalan: kos politik, korupsi, dan klientelisme.
Tiap partai memiliki Party-ID yang berbeda-beda. Menurut survei Y-Publica, PDI-P memiliki 17,8 persen, Gerindra 13,0 persen, Demokrat 10,4 persen, Golkar 8,3 persen, PKB 6,0 persen, PSI 5,4 persen, PKS 5,0 persen, dan NasDem 4,0 persen.
Menurut Burhanudin Muhtadi dalam penelitiannya, ia menemukan ada 33 persen pemilih yang mengaku telah menerima suap untuk memilih calon legislatif tertentu. Oleh karenanya di zaman kiwari politik tak bisa dipisahkan dengan uang. Sehingga seorang caleg bila ingin memastikan diri terpilih maka harus mengeluarkan kocek, dan kalau pun terpaksa ia korupsi. Sayangnya, ketika seorang caleg terpilih tak lantas konstituennya loyal terhadap partai, melainkan pada sosok caleg tersebut.
Kalau demikian, partai tak ubahnya dengan industri. Nah, bisakah gelombang pendataan E-KTA Partai NasDem yang berlangsung di seluruh tanah air meningkatkan jumlah -bukan saja anggota – loyalis Partai NasDem? Ini persoalan yang harus kita jawab bersama-sama.