Cilacap – Ketua DPP Bidang Pemenangan Teritori Jawa IIII (Jateng & DIY) Sugeng Suparwoto menegaskan wilayah Cilacap adalah tanah terjanji bagi semua partai politik yang berkonsestansi pada pemilihan legislatif.
‘’Selisih perolehan kursi sangat Ketat. PDIP sebagai partai pemilik kursi terbanyak pada pileg 2019 hanya meraub 10 buah, sedangkan Demokat dan PAN sebagai yang paling bontot, mampu mengkoleksi masing-masing tiga kursi,’’ ujarnya pada Sabtu (24/4).
Menurut Sugeng, hasil Pileg 2019 tersebut memperlihatkan bahwa peta kekuatan masing-masing partai politik adalah seimbang.
‘’Tidak ada partai yang mendominasi,’’ tegasnya sembari menambakah, ‘’Kecenderungannya adalah masyarakat di Cilacap sangat dinamik. Tidak ada fanatisme terhadap satu paham atau ideologi tertentu.’’
Ketua Komisi VIII DPR RI dari pemilihan Jawa VIII (Cilacap dan Banyumas) ini mengakui bila PDIP merupakan partai yang dipilih secara konsisten.
‘’Pada 2014, partai besutan Ibu Megawati itu mendapatkan sembilan kursi, artinya perbendaharaan anggota DPRD Cilacap nambah satu orang. Tetapi yang bertambah tidak hanya PDIP namun PKB naik dari dua kursi dari enam ke delapan,’’ ujarnya seraya menambahkan, ‘’Bahkan NasDem pecah telur dari tidak punya kursi di 2014, namun pada 2019 mampu menggondol empat buah.’’
Pada Pileg 2019, lanjut Sugeng, partai yang kehilangan kursi adalah Golkar (1), Gerindra (1), PPP (2), PAN (3), dan Demokrat terlepas satu kursi. Sedangkan yang behasil menambah keanggotaannya di DPRD adalah PDIP (1), PKB (2), PKS (1) dan NasDem (4).
‘’Sehingga pola pergeserannya dapat dilihat adalah pemilih partai nasionalis akan memindahkan suaranya ke partai nasionalis lainnya, sedagkan partai yang berhaluan agama, juga akan memindahkan ke partai dengan platform yang serupa,’’ katanya.
Sebaran perolehan kursi DPRD tersebut, lanjut Sugeng, memberikan peluang bagi seluruh partai politik untuk bisa memperebutkan kursi parlemen.
‘’Cilacap sangat menantang, secara ideologi cair sekali, pemilik suara bisa sewaktu-waktu memindahkan pilihannya. Karena itu, siapa yang paling bisa meyakinkan pemilih, partai itulah yang akan tampil sebagai juara,’’ ujarnya. Politisi yang pernah bergelut di jurnalisme itu menegaskan sikap dasar orang Cilacap adalah rasional dan bukan fanatik terhadap satu kelompok saja. ‘’Pemilik suara hanya akan memilih partai yang memberikan harapan dan diyakini mampu mewujudkan harapan tersebut.’’
Meskipun demikian, kata dia, orang Cilacap tetap memiliki refrensi ketika hendak menjatuhkan pilihannya. Kepada para panutan itulah, Sugeng menambahkan, masyarakat mendapatkan peneguhan dari keputusan yang akan diambil.
‘’Disinilah lantas kita bicara siapa aktor dominan yang ada di wilayah ini. Mau tidak mau, kita harus menelisik pemimpin formal baik itu terkait dengan agama, politik, sosial budaya dan pimpinan lembaga kemasyarakatan,’’ katanya.
Bila konstentan ingin mendapakan suara, lanjut dia, setidaknya mereka harus memiliki tiga kekuatan. Pertama, harus kuat di jaringan.
‘’Pertama, tanpa memiliki jaringan untuk menghubungkan dirinya dengan warga maka hampir dipastikan, caleg itu bakal lewat. Jaringan bisa dibangun dari struktur partai politik, maupun lewat relawan,’’ ujarnya.
“Kedua, modal sosial. Punya jaringan tetapi jika dia sama sekali tidak dikenal oleh warga, maka juga akan menemui kesulitan. Sebab untuk pertempuran memperebutkan kursi DPRD, faktor kenal-atau tidak kenal dengan warga setempat, menjadi sangat penting.’’
“Ketiga, kekuatan ekonomi. Punya jaringan, dikenal oleh warga, namun kalau tidak memiliki kemampuan ekonomi juga menjadi masalah. Karena itu, seorang caleg yang mau maju di tingkat DPRD, sebenarnya memerlukan persiapan lebih matang, karena mereka harus memiliki jaringan, modal sosial dan mampu secara ekonomil,’’ pungkasnya. (Nasdemjateng.id)