18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Membangun ala Pandawa

Ditulis Oleh Ono Sarwono (Sekretaris Dewan Pertimbangan DPW NasDem Jawa Tengah)

PEMBANGUNAN Ibukota Negara Nusantara (IKN) di Kaltim digenjot sekuat tenaga agar cepat kelar. Perpres No 75/2024 merupakan landasan hukumnya. Tapi, bagaimanapun itu proyek raksasa yang tidak bisa ‘disulap’ dalam waktu singkat.

Dalam perspektif budaya, gereget membangun IKN ibarat cerita legenda Bandung Bandawasa yang merasa sanggup membikin seribu candi dalam semalam. Namun, meskipun telah mengerahkan kesaktian, permintaan Lara Jonggrang itu mangkrak.

Berbeda dengan Pandawa kala ‘memindahkan’ ibukota ke Hutan Wanamarta dalam kisah wayang. Mereka menyadari itu bukan proyek yang mudah dirampungkan dengan cepat. Ikhtiarnya istikamah membangun berbekal kemampuan yang ada.

Cerita Pandawa membangun ibukota Indraprastha sarat makna. Sebagai umat biasa mereka berusaha sekuat tenaga mewujudkan cita-cita. Atas kehendak-Nya, lima kesatria putra Prabu Pandu itu mendapatkan hasil yang tak pernah terbayangkan.

Sebuah istana indah dan megah yang digambarkan sepadan dengan keagungan Kahyangan Kaindran, tempat tinggal Bathara Indra. Terwujudnya pun begitu cepat berkat ketekunan yang dilandasi kepasrahan kepada sang Maha Pencipta.

Berswasembada

Pandawa membangun ibukota di Wanamarta atas saran Resi Bhisma supaya tidak berkelahi dengan Kurawa yang menguasai takhta Astina. Puntadewa dan empat adiknya menerima solusi tersebut walaupun mereka ahli waris kekuasaan Astina.

Kurawa, dimentori Sengkuni, bukan saja merampas hak konstitusional Pandawa tetapi juga berusaha menghabisi adik sepupu itu. Kebengisannya dilatarbelakangi anggapan serta ketakutan jika Pandawa masih hidup, kekuasaan mereka terancam.

Bhisma menjamin bahwa pemerintah Astina, dan didukung pula oleh Drestarastra, ayah Kurawa, menyediakan dana tak terbatas untuk biaya pembangunan istana baru. Harapannya, tempat tinggal segera terwujud dan sebanding dengan Astina.

Pandawa menolak segala bantuan dan ingin membangun secara mandiri atau berswasembada. Bagi mereka, pembangunan ibukota terkait dengan harkat dan martabat sehingga tidak membutuhkan investasi dan campur tangan pihak luar.

Sikap Pandawa itu dipertanyakan Bhisma. Bukankah membangun itu butuh dana besar dan bila dengan kekuataan sendiri sampai kapan istana bisa terwujud. Tapi paranpara Astina itu menghargai asa Pandawa yang meneguhkan jiwa kesatria.

Sebelum memulai, Pandawa memohon doa restu ibunda, Kunti Talibrata. Mereka diwanti-wanti berhati-hati dan waspada mengingat Wanamarta bukan hutan biasa. Setiap langkah mesti dilandasi niat baik dan berdoa kepada sang Maha Kuasa.

Puntadewa yang berwatak welas asih membangun dengan mengedepankan kasih sayang. Tidak sembarang pohon dibabati dan semena-mena. Hewan-hewan tidak disingkirkan atau dibunuh, melainkan diperlakukan sebagai sahabat.

Dengan demikian, keasrian hutan terpelihara dan aneka binatang penghuni hutan juga tidak terganggu sehingga ekosistem lingkungan terjaga. Singkatnya tidak ada yang dirusak. Pun tidak ada pihak yang dirugikan akibat proyek pembangunan.

Puntadewa senantiasa mengingatkan dan membimbing adik-adiknya menerapkan prinsip tersebut. Menjunjung tinggi keadilan dan tidak sewenang-wenang. Apapun kendala dan kesulitannya, dilarang menggunakan kekuasaan sebagai alat.

Sedangkan Bratasena menyimbolkan watak jujur. Ini bagian penting dan kekuatan besar bagi suksesnya proyek pembangunan. Tindakannya digambarkan tidak ada kompromi terhadap apapun yang menghalangi. Langkahnya pasti dan tegak lurus.

Dalam pergelaran wayang, sepak terjang anak kedua dalam keluarga Pandawa itu bertugas menumbangkan pohon-pohon besar dan menyingkirkannya. Membabati semak belukar sehingga semuanya tampak terang benderang. 

Semuanya itu untuk memudahkan jalannya pembangunan. Batu-batu berbagai ukuran dikumpukan dimanfaatkan sebagai pondasi. Aneka kayu tua yang tahan berbagai cuaca dipilihi dijadikan sebagai bahan bangunan.

Kemudian panengah Pandawa, Permadi, perannya berdialog dan berdiplomasi dengan para makhluk halus penghuni hutan. Berkat kemampuan melihat yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, Wanamarta ternyata sebuah kerajaan besar.

Semula, pohon-pohon besar yang ditumbangkan Bratasena dengan cepat tegak kembali. Akibatnya kesatria gagah perkasa tersebut kebingungan. Jerih payahnya seolah sia-sia. Saking lelahnya, Bratasena lunglai akibat kehabisan daya.  

Permadi yang memiliki lenga jayengkaton mengetahui bahwa kakaknya dikeroyok siluman. Pusaka tersebut pemberian Resi Wilawuk dari Pertapaan Pringcendani. Lalu dibantulah Bratasena mengalahkan para pengganggunya.

Sementara itu, Tangsen dan Pinten bergiat di sana-sini. Anak kembar putra Pandu dengan Dewi Madrim ini melambangkan ketekunan dan keuletan. Bekerja dengan tanpa banyak bicara sesuai dengan arahan kakak-kakaknya.

Menurut ceritanya, ketulusan niat Pandawa membangun istana membuka mata dan hati penguasa kerajaan siluman Wanamarta, Prabu Yudhistira. Kemudian bersama adiknya, Dandunwacana, Parta, dan Nakula-Sadewa, ditemuilah Pandawa.

Magnet marcapada

Lima makhluk halus itu sejatinya utusan Bathara Indra. Mereka diperintah menjaga Wanamarta dan bila sewaktu-waktu datang kesatria berbudi luhur, istana harus segera diberikan kepada mereka. Yudhistira sadar kesatria yang dimaksud itu Pandawa.

Singkat cerita, Wanamarta diserahkan kepada Pandawa. Sebagai wujud dukungan, Yudhistira beserta empat adiknya menyatu dalam raga Pandawa sesuai dengan urutannya. Nama-nama mereka kemudian menjadi nama lima kesatria Pandawa.

Seketika secara gaib Wanamarta berubah menjadi istana bernama Indraprastha yang indah. Kemegahannya melebihi istana Astina, tempat kelahiran Pandawa. Dalam waktu singkat, tempat tersebut berkembang menjadi negara Amarta.

Demikianlah semangat Pandawa membangun ibukota. Tidak terburu-buru tapi istikamah. Tahapannya terukur dengan melandaskan prinsip-prinsip kemuliaan. Tidak ada pihak yang dikorbankan karena ini untuk kemaslahatan bangsa.

Selain itu, Pandawa tidak ingin pihak luar ikut ‘cawe-cawe’ karena ini terkait dengan kedaulatan bangsa. Berkat hidayah-Nya, pembanguan berjalan lancar dan tak lama kemudian Indraprastha mendunia, menjadi magnet makhluk marcapada.***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top