18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Hak Angket Bhisma

Ditulis oleh Ono Sarwono (Kader NasDem)

RESI Bhisma terheran-heran karena tidak menduga Sengkuni bersama Duryudana datang ke Pertapaan Talkanda. Ia baru ngeh (paham) anjing-anjing menyalak di sekitar tempat tinggalnya sejak pagi ternyata pertanda bakal ada tamu patih Astina dan sulung Kurawa.

Dengan ramah tuan rumah mempersilakan tamu masuk ke pendapa. Batinnya, pasti ada sesuatu yang ‘aneh’ mengingat selama ini Sengkuni belum pernah ke Talkanda. Begitu juga Kurawa, anak Drestarastra-Gendari, yang berjumlah seratus orang.

Selusin burung perkutut dalam kadang di sudut-sudut pendapa yang semula ramai manggung (berkicau) tiba-tiba berhenti serentak. Apa itu kebiasaan mereka menyambut orang asing, atau sinyal ketidaksenangan atas kehadirannya? Entahlah.

Setelah berbasa-basi, Sengkuni mengatakan, dirinya sowan atas perintah raja ad-interim Astina Drestarastra. Mengabarkan bahwa Duryudana telah dinobatkan sebagai raja serta mohon doa dan restu atas terpilihnya pemimpin baru tersebut.

Betapa terkejutnya Bhisma mendengar berita itu. Tapi, karena jiwanya sudah menep (matang) sehingga gejolak hatinya dapat terkendali dengan baik. Hanya tampak raut wajahnya yang agak memerah akibat emosinya yang tersulut seketika.

Bhisma pantas kecewa berat ada pergantian kekuasaan di Astina tanpa melibatkan dirinya. Itu penyepelean kepada dirinya, pemilik takhta sesungguhnya. Sebagai putra tunggal mendiang ayahnya, Prabu Sentanu, Bhisma ahli waris sejati.

Saat masih muda, Bhisma alias Dewabrata, melakukan bhishan-pratigya, sumpah wadat dan tidak ingin menjadi raja demi kebahagiaan ayahnya. Ketika itu Sentanu, pasca-ditinggal istri, Dewi Gangga (Ibu Bhisma), ingin menikahi Durgandini.

Durgandini, janda Resi Palasara (ayah Abiyasa), bersedia dipinang Sentanu jika kelak anak keturunannya yang menjadi raja. Syarat itu yang mendorong Dewabrata bersikap mengegerkan jagat. Pengorbanan itulah yang kemudian ia mendapat nama Bhisma, maknanya sumpah yang dahsyat.

Bhisma bertanya kepada Sengkuni, apa dasarnya Duryudana dinobatkan sebagai raja. Berdasarkan paugeran (aturan), Puntadewa dan empat adiknya yang berhak.

Sebelumnya, kenapa Pandawa tidak berkuasa? Karena ketika ayah mereka Raja Astina Prabu Pandudewanata wafat, Pandawa masih berusia belia. Untuk sementara, kendali pemerintahan di tangan Drestarastra.

Sengkuni mengatakan dirinya hanya diutus menyampaikan kabar dan tidak kuasa menjelaskan dasar penobatan Duryudana. Yang ia ketahui, Pandawa telah tiada. Puntadewa, Bratasena, Permadi, Tangsen, dan Pinten beserta ibunya, Kunti, mati hangus dalam kebakaran Bale Sigala-gala.

Duryudana menimpali bahwa lima adik sepupu dan bibinya memang benar sudah meninggal dunia. Kepastian itu didukung dengan fakta ditemukannya enam mayat gosong, yaitu lima laki-laki dan satu perempuan, di antara puing-puing kebakaran.

Bhisma kecut mendengar kata Sengkuni dan Duryudana. Sebelum tamunya pulang, ia mengatakan dirinya akan ke istana Astina untuk bertanya, meminta penjelasan Drestarastra, tentang pengangkatan putra sulungnya menjadi raja.

Pandawa masih hidup

Tidak lama kemudian, Bhisma memenuhi janjinya rawuh (datang) ke Astina. Drestarastra dan para nayaka praja menyambut dengan penuh kehangatan. Tampak di antaranya paranpara Durna, Adipati Awangga sekaligus panglima perang Karna Basusena.

Drestarastra menjelaskan, penobatan anaknya karena, menurut laporan Sengkuni, Pandawa menjadi korban kebakaran Bale Sigala-gala. Ia berduka sangat mendalam atas peristiwa yang merenggut nyawa keponakan beserta ibunya itu.

Bhisma menegaskan bahwa Pandawa masih hidup dan dalam kondisi segar bugar. Mereka sedang berada di suatu tempat dalam wilayah Astina. Kenapa Drestarastra percaya omongan Sengkuni yang kondang berwatak culas.

Mendadak Drestarastra menepuk jidatnya dengan keras dan kemudian tertunduk. Ada rasa bersalah bercampur kecewa atas keputusan yang telah diambil. Matanya yang buta membuatnya gampang dipermainkan Sengkuni, adik iparnya sendiri.

Pernyataan Bhisma berikutnya yang membuat Drestarastra semakin terpojok ketika ditanya apa alasannya memutuskan pergantian pucuk pimpinan tidak minta pertimbangan dari Talkanda. Apa itu bukan berarti tindakan lancang.

Drestarastra langsung tersedu-sedu sambil memohon maaf. Dengan terbata-bata menyatakan pasrah dan menerima apapun hukuman dewa. Ia juga meminta maaf kepada Pandu, adiknya di alam baka, atas kebodohan dan keteledorannya.

Sejenak setelah hatinya tenang, Drestarastra berharap saran Bhisma, apa yang mesti dilakukan untuk menjaga kewibawaan keluarga besar trah Abiyasa di mata rakyat. Bhisma menegaskan sabda pendhita ratu tan kena wola-wali, keputusan raja tidak bisa dibatalkan.

Solusinya, Bhisma menyarankan agar Pandawa diberi sebagian wilayah Astina yang masih berupa belantara Wanamarta agar didirikan tempat tinggal. Dari mata batinnya, Bhisma melihat dengan terang di situlah kelak akan lahir sebuah negara yang tidak kalah kuncaranya dibandingkan dengan Astina.

Saat itu pula, Drestarastra mengutus nayaka praja menjemput Pandawa dari tempat persembunyiannya. Tapi, hanya Bratasena yang bersedia datang untuk mewakili saudaranya. Kunti tidak ikut serta karena membersamai anak-anaknya yang lain.

Pandawa menerima kebijakan Drestarastra. Mereka lalu membabati Wanamarta sebagai tempat tinggal. Bratasena menolak semua bantuan uaknya. Akhirnya, wilayah yang semula berupa hutan kemudian menjelma menjadi negara baru bernama Amarta alias Indraprastha.

Poin dari cerita itu ialah langkah Bhisma, sebagai ahli waris takhta Astina, untuk bertanya kepada penguasa atas keputusan yang diambil. Terbukti, ada kekeliruan yang dilakukan Drestarastra ketika mengangkat anaknya sebagai raja.

Dalam konteks politik nasional, langkah yang dilakukan Bhisma dengan penuh kejujuran itu seperti halnya wakil rakyat menggunakan hak angket, isu seksi yang belakangan ini ramai terdengar. Itu memang hak konstitusional parlemen. ***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top