18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Runtuhnya Integritas

Ditulis oleh Ono Sarwono (Kader NasDem)

DALAM kearifan lokal kita ada ungkapan lengser keprabon madeg pandhita ratu. Arti harfiahnya turun takhta menjadi petapa. Dengan kata lain, memensiunkan diri dari pemimpin lalu mengisi hari-hari dengan laku yang diridhai sang Maha Kuasa.

Dalam konteks ketatanegaraan, ungkapan itu bisa dimaknai bahwa setelah tidak lagi menjadi pemimpin kemudian mengabdikan diri sebagai guru bangsa. Misalnya senantiasa bersumbangsih demi terwujudnya peradaban bangsa yang lebih baik.  

Sebenarnya, semua mantan pemimpin negeri ini ingin mengamalkan ajaran itu tapi tidak berjalan mulus karena masih tergiur kepentingan pragmatisme. Masih owel atau belum legawa untuk benar-benar melepaskan diri dari politik praktis.

Dalam cerita wayang, kegagalan‘mandhita’ pernah dilakoni Raja Lokapala Prabu Lokawana, malah harkat dan martabatnya kucem (tercermar). Gara-gara hanya karena tidak kuasa menidurkan nafsu ketertarikan terhadap nikmat duniawi.

Menjadi resi

Alkisah, Prabu Lokawana sukses membawa Lokapala mencapai jaman keemasan. Negara yang kuat dan maju, rakyat hidup adil-makmur dan sejahtera. Itu prestasi luar biasa karena Lokawana mewujudkannya dalam waktu yang relatif singkat.

Semua itu berkat kepemimpinan yang tegas dan pemerintahan yang bersih korupsi. Lokawana berhasil mereformasi birokrasi sehingga tak ada anggaran negara bocor. Pelayanan publik pun cepat dan transparan sehingga mendapat kepercayaan rakyat.

Pada suatu ketika muncul niat Lokawana meninggalkan urusan fana. Tidak ingin duduk di singgasana raja selamanya. Merasa sudah cukup pengabdiannya kepada negara dan bermaksud meninggalkan kemegahan istana lalu menyepi menjadi resi.

Keinginan Lokawana kemudian disampaikan kepada permaisuri Dewi Lokawati. Kekuasaan negara diberikan kepada putranya, Wisrawana. Pun tidak ada nayaka praja kuasa mencegah keinginan raja, meski belum tua untuk turun takhta.

Setelah semua persiapan rampung, Lokawana memensiunkan diri dan mengangkat putranya sebagai pengganti bergelar Prabu Danaraja. Beberapa waktu kemudian Lokawana meninggalkan istana dan pergi menuju dusun terpencil di kaki gunung.

Di dusun tersebut Lokawana mendirikan pertapaan bernama Girijembangan. Di tempat itulah ia menjalani laku sebagai petapa dengan nama Resi Wisrawa. Hanya ada beberapa cantrik yang membantu kelancaran urusan sehari-hari pertapaan.

Girijembangan terbuka untuk siapa saja tanpa kasta yang ingin nyantrik (menjadi siswa) dan ngangsu kawruh (belajar). Seperti umumnya pertapaan lain, ilmu standar yang diajarkan di sini adalah tentang ketuhanan atau spriritualisme.

Meski demikian, Wisrawa sebagai pengasuh pertapaan masih membuka diri bagi siapa saja yang ingin berdiskusi tentang politik dan kekuasaan. Ia menyediakan diri memberikan pandangan terkait dengan ketatananegaraan.

Wisrawa juga masih punya perhatian terhadap urusan negara dan rakyat Lokapala. Namun, tidak lagi terlibat langsung dengan politik praktis. Artinya, perannya hanya sebatas saran dan nasihat demi menjaga rahayuning praja, ketenteraman negara.

Ilmu sakral

Tak lama berselang, Danaraja sowan ke Girijembangan. Tujuannya menyampaikan keinginan memiliki permaisuri. Adapun wanita yang menjadi idamannya ialah Sukesi, putri kedhaton Alengka yang sangat kondang keayuan dan kemolekannya.

Wisrawa menyambut baik dan gembira atas pilihan Danaraja. Ini akan semakin merekatkan persahabatannya dengan ayah Sukesi, Raja Alengka Prabu Sumali. Calon besan adalah teman lama ketika bersama mencari ilmu di kala masih muda.

Namun, Danaraja mengaku bimbang keinginannya tercapai. Itu karena Sukesi ternyata mengadakan sayembara, siapa pun lelaki yang bisa mengajarkan ilmu sastrajendra hayuningrat pangruwating diyu yang akan menjadi suaminya.

Danaraja dengan jujur mengaku tidak paham ilmu tersebut, yaitu ilmu yang berisi ajaran agung yang membawa kebaikan dan keselamatan dunia seisinya dari segala keburukan. Itulah yang membuatnya jadi ragu dan gundah gulana.

Kodratnya, hanya beberapa titah marcapada yang mendapat anugerah menguasai ilmu sakral tersebut, satu di antaranya adalah Wisrawa. Ilmu tersebut tidak boleh diajarkan kepada setiap orang yang tidak memiliki kualitas jiwa yang bersih.

Mengingat posisinya sebagai orangtua, Wisrawa berkewajiban melamarkan anak. Sumali mengaku senang tapi keputusan akhir di tangan Sukesi. Selain itu, ternyata senapati Alengka Jambumangli juga pasang giri patembaya (sayembara).

Jambumangli mengingatkan siapapun yang ingin meminang Sukesi harus mampu mengalahkan kesaktiannya. Katanya, untuk menjaga kewibawaan Alengka. Tapi, sesungguhnya keponakan Sumali itu memiliki pamrih menyunting Sukesi.

Apa boleh buat, Wisrawa terpaksa menyirnakan Jambumangli. Setelah itu, baru menjabarkan ilmu kepada Sukesi di tempat khusus. Namun, sebelumnya berpesan bahwa semua yang dilakukan untuk memenuhi syarat lamaran Danaraja.

Singkat cerita, transfer ilmu tuntas dan Sukesi mengaku puas. Pada saat itu pula Sukesi mengatakan bahwa Wisrawa ialah lelaki yang mengajarkan dan oleh karena itu dialah yang menjadi suami, bukan Danaraja yang berpangku tangan di istana.

Perbuatan terlarang

Wisrawa, yang hanya berdua bersama Sukesi di ruangan khusus tempat diajarkan ilmu, tegas menolak. Tapi, Sukesi menyatakan menjunjung sayembara. Di sisi lain, Sukesi memang jatuh cinta kepada pria paruh baya yang masih tampan itu.

Ternyata Wisrawa rubuh jiwa keresiannya. Remasan jari lentik Sukesi di tangan dan bisik cinta di telinganya bak setrum membangkitkan kelakiannya. Keduanya lalu saling menatap penuh gairah dan kemudian sama-sama kehilangan kontrol.

Wisrawa dan Suksesi terbelenggu indahnya gelora nafsu. Keduanya lupa segala-galanya dan terbuai nikmati hubungan intim antara lelaki dan wanita, tak peduli apa yang akan terjadi setelahnya.

Itulah kisah drama Wisrawa, yang tidak jauh berbeda dengan cerita para mantan pemimpin negeri ini. Konsep madeg pandhita menjadi berantakan karena masih sibuk ‘cawe-cawe’ dalam politik praktis karena nikmatnya kekuasaan.***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top