Ditulis oleh Ono Sarwono (Kader NasDem)
DARI sejumlah fakta, negara ini seperti dagelan. Institusi atau lembaga negara dikelola seperti mainan. Polah tingkah pejabat dan elitenya kerap mengundang gelak tawa. Pun tanpa sadar aneka kelinglungan dan kebodohan dipertontonkan
Pertanyaannya, kenapa begitu? Negara krisis negarawan. Elite dan mereka yang berkiprah di lembaga-lembaga negara umumnya bukan negarawan melainkan orang-orang berjiwa pidak pedarakan (jelata). Ibaratnya kere munggah bale.
Kalau dalam jagat wayang, salah satu negara lucu ialah Ngrancangkencana yang dipimpin Prabu Blegedhuwelbeh. Nama raja itu akronim dari sugih mblegedhu rakyat dhedhel-dhuwel kabeh (raja kaya raya rakyat compang-camping semua).
Jimat Kalimasada
Alkisah, Pandawa membangun candi Sapta Arga. Semua terlibat sehingga Istana Amarta kosong. Prabu Puntadewa menitipkan kamar dan ruang wingit, termasuk tempat penyimpanan pusaka Jimat Kalimasada, kepada permaisuri Dewi Drupadi.
Pada suatu ketika datang Gatotkaca sowan kepada Drupadi. Senapati Amarta itu matur (bicara) bahwa dirinya diutus Puntadewa mengambil Jimat Kalimasada. Pusaka negara itu akan digunakan sebagai sarana percepatan pembangunan candi.
Tanpa meneliti tamunya, Drupadi mengambil Kalimasada dari tempatnya dan langsung diberikan kepada Gatotkaca. Setelah menerima pusaka, lelaki muda dan gagah perkasa itu buru-buru pamit dan bergegas meninggalkan tempat.
Srikandi yang menjaga istana curiga lalu mengejar dan mencegat Gatotkaca untuk meminta kembali Kalimasada. Karena ditolak, maka terjadi perang tanding. Gatotkaca terserempet panah sehingga badhar (kembali ke wujud asli) menjadi Mustakaweni.
Mustakaweni mencuri atas perintah kakaknya, Nilarudraka, yang dendam kepada Pandawa atas matinya Raja Manimantaka Prabu Niwatakawaca, bapaknya, yang dibunuh Arjuna. Pandawa tanpa Kalimasada pasti rapuh dan mudah disirnakan.
Meski sudah mengerahkan segala kemampuannya, Srikandi tidak mampu merebut pusaka Amarta dari Mustakaweni. Di tengah kegalauannya, ia bertemu Bambang Priyambada yang mengaku mencari dan ingin sungkem kepada ayahnya, Arjuna.
Priyambada ialah anak Arjuna dengan Bathari Supraba, putri Bathara Indra. Sejak lahir hingga dewasa, lelaki tampan itu diopeni ibunda dan kakeknya di Kahyangan Kaindran. Ia belum pernah bertemu pria yang mengukir jiwa raganya.
Srikandi berjanji membantu Priyambada bila bisa merebut Kalimasada dari tangan Mustakaweni. Tanpa kesulitan wanita maling berparas cantik jelita itu diringkus. Pusaka dirampas dan kemudian dititipkan kepada abdi yang menyertainya, Petruk.
Mudahnya Mustakaweni takluk karena jatuh hati kepada Priyambada. Sebaliknya, cucu Bathara Indra itu juga terpikat kepadanya sampai tidak memedulikan Kalimasada. Kedua insan terbuai indahnya cinta sehingga lupa segala-galanya.
Menjadi raja
Melihat momongannya asyik memadu kasih, Petruk pergi menjauh. Pada saat itu ia merasa bahwa sejak menggembol Kalimasada muncul perubahan pada tubuhnya, ada kepercayaan diri yang begitu besar dan bisa mengenggam segalanya.
Perasaan itu menuntunnya ingin coba-coba menjadi raja. Petruk lalu menyerang Negara Ngrancangkencana dan menaklukkan rajanya, Prabu Jayasentika, beserta seluruh balanya. Petruk kemudian menobatkan diri menjadi raja bergelar Prabu Blegedhuwelbeh.
Sebagai permaisurinya, raja anyaran itu memilih abdi dalem tukang menyapu dan mengepel lantai bernama Jemunak. Empat istri Jayasentika yang cantik-cantik, yaitu Retnaningrum, Retnawati, Retnaningsih, dan Retnawulan dijadikan babu.
Keanehannya bukan itu saja. Kabinet pemerintahannya diisi para pelawak. Para gelandangan diangkat menjadi pimpinan di instansi dan lembaga negara. Kere-kere dan para gembel di jalanan diberi jabatan dirjen dan setingkatnya.
Setelah semuanya tertata, Blegedhuwelbeh mengirim surat ke Mandura, Amarta, dan Dwarawati yang isinya agar tumungkul (tunduk) kepada kekuasaannya. Bila menolak akan menanggung akibatnya, diganyang tanpa ampun.
Raja Mandura Prabu Baladewa marah besar dan melabrak Blegedhuwelbeh yang dianggap kurang ajar. Namun, jangankan menyentuh kulitnya, Baladewa lumpuh tak berkutik di depan raja yang pembawaannya cengegesan dan suka mendagel itu.
Baladewa dijatuhi sanksi hukuman menjaga sawah. Suaranya yang keras dan lantang dianggap pas untuk mengusir gerombolan emprit yang menjadi hama padi. Istilah lain, Baladewa menjadi tukang getak (pengusir) burung.
Sedangkan Puntadewa bersama keempat adiknya dalam keluarga Pandawa yang baru rampung membangun candi Sapta Arga, memilih takluk. Kelima kesatria Pandawa itu kemudian diberi jabatan tukang kebun istana dan pemelihara kuda.
Sementara itu, Raja Dwaratwati Prabu Kresna tersenyum menerima surat ancaman. Ia lalu pergi ke Klampisireng menemui Semar. Saat itu tuan rumah bersama anaknya, Gareng dan Bagong, sedang membicarakan perginya Petruk tanpa kabar.
Kresna bersedia membantu mencari di mana Petruk berada. Namun, terlebih dulu Gareng dan Bagong diminta menyampaikan sepucuk surat kepada penguasa anyar Ngrancangkencana Prabu Blegedhuwelbeh. Keduanya lalu segera berangkat.
Saat menghadap Blegedhuwelbeh, Gareng dan Bagong disuguhi ketela rebus dan wedang jahe dengan gula batu. Setelah bercakap-cakap dengan banyak guyonan, kedua anak Semar itu mencium gelagat bahwa raja gila itu saudaranya yang dicari.
Penjungkirbalikan
Dengan caranya masing-masing, Gareng dan Bagong bersama-sama melucuti pakaian kebesaran raja. Seperti yang diduga, Blegedhuwelbeh itu sejatinya Petruk. Setelah terkuak penyamarannya, mereka tertawa bersama dan melepas rindu.
Petruk meminta maaf kepada Baladewa, Puntadewa, dan Kresna atas kelancangan serta kekurangajarannya. Ia juga memohon ampun kepada Pandawa dan seluruh rakyat Amarta karena kesembronoannya memanfaatkan pusaka Jimat Kalimasada.
Inilah sepenggal kisah negara dagelan Ngrancangkencana. Negara yang dikelola dengan semangat gecul dan irasional. Tentu negara yang demikian ini tidak akan pernah meraih kejayaan karena terjadi penjungkirbalikan dalam segala hal.***