JATENG.NASDEM.ID – Masalah sampah menjadi pekerjaan rumah tak hanya bagi Indonesia, namun negara-negara di berbagai belahan dunia. Bank Dunia melaporkan bahwa pada pertengahan September 2016, produksi sampah global mencapai 2,01 miliar ton.
Angka ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa per harinya masyarakat Indonesia menghasilkan sekitar 185.753 ton sampah, atau 0.68 kilogram per orang.
Jumlah ini tentu bukan angka yang sedikit dan memerlukan perhatian penuh demi pengelolaan sampah yang berdaya guna serta meminimalisasi dampaknya mengingat dari 514 kabupaten kota di Indonesia, hanya kurang dari setengahnya yang mampu mengelola sampah.
Untuk mengurangi kebutuhan lahan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah, Kementerian PUPR, Kementerian LHK, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Pemerintah Kabupaten Cilacap membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Refuse Derived Fuel (TPST DRF).
Memiliki luas 3 ha, TPST RDF Cilacap memiliki kapasitas pengolahan sampah sebesar 120 ton/hari. Telah melewati tahap uji coba, TPST ini menunjukkan hasil yang sesuai standar.
Tak hanya meminimalisir kebutuhan lahan TPA, namun pengelolaan sampah TPST RDF ini juga mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan yang dapat digunakan dalam pembangkit listrik.
Menjawab Permasalahan Sampah Nasional
Menjadi pilot proyek nasional, TPST RDF menggunakan mesin dan elektrikal berteknologi Jerman yang merupakan hibah dari Pemerintah kerajaan Denmark.
Dalam kunjungannya pada Jumat (3/6) lalu, Duta Besar Kerajaan Denmark Mr Lars Bo Larsen bersama Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto memantau perkembangan pengolahan sampah ini.
Dalam kunjungan ini, Mr Lars Bo Larsen sangat mengapresiasi langkah Sugeng Suparwoto yang ingin mereplikasi proyek RDF di daerah-daerah lain di Indonesia.
“Terima kasih atas kepemimpinan Pak Bupati dalam pengelolaan sampah di Cilacap,” tambah Larsen.
Ia bahkan berharap di kesempatan selanjutnya pihaknya dapat mengajak Bupati Cilacap untuk melihat fasilitas pengolahan sampah di Denmark.
“Cilacap menghasilkan hampir 1.000 ton sampah per hari, yang 61,9 persen di antaranya berakhir di tempat pembuangan akhir (2019). Ini adalah problem yang harus segera ditangani dan mengkonversi itu menjadi energi yang tepat guna dengan Refuse-Derived Fuel (RDF),” terang Sugeng dalam keterangan tertulisnya.
Sementara itu, Bupati Tatto Suwarto Pamuji mengungkapkan adanya teknologi pengelolaan sampah berbasis RDF ini membuat Kabupaten Cilacap lebih bersih.
Ia menekankan bahwa Sampah-sampah yang dulu dianggap tidak berguna sekarang justru bisa dijadikan pupuk dan pengganti batu bara. Bahkan banyak pihak yang ingin berkunjung ke Cilacap untuk belajar dalam mengelola sampah dengan proses RDF ini.
“Mudah-mudahan tidak hanya di Cilacap tapi Kabupaten dan Provinsi lain bisa memiliki juga sehingga permasalahan energi di Indonesia bisa teratasi,” ungkap Tatto.
Keberhasilan pengelolaan sampah di Kabupaten Cilacap ini menjadi lompatan besar bagi pengelolaan sambah di Indonesia. Namun begitu, perlu kerja keras berbagai pemangku kepentingan untuk mensukseskan langkah Sugeng untuk mereplikasi proyek ini di berbagai wilayah di Indonesia.