JATENG.NASDEM.ID – Anggota DPRD Kabupaten Temanggung dari Fraksi NasDem Kak Umi Fadhilah mencurahkan perhatian pada berbagai bidang kemasyarakatan. Kali ini, perempuan yang akrab disapa Kak Umi ini memberikan perhatiannya pada bidang kesenian.
Seperti yang diketahui, tradisi masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadan adalah menggelar tradisi nyadran. Ada pula yang menggelar akhirussanah serta pagelaran kesenian. Kali ini Kak Umi mendapatkan kesempatan untuk menyambangi dua desa yang memilki kelompok kesenian jaran kepang di Kabupaten Temanggung.
“Kita diundang dalam pertunjukan kesenian Jaran Kepang Wahyu Sekar Budoyo di Dusun Lempongsari, Desa Paponan, Kecamatan Kledung Temanggung dan Turonggo Aji yang terletak Desa Kranji, Kecamatan Parakan,” ujar Kak Umi, Rabu (30/3).
Ia menambahkan malam pentas seni biasanya diadakan tiap tahun menjelang akhirussanah untuk menyambut bulan Ramadan.
Kak Umi mengatakan bangga karena para pegiat seni ini memainkan gamelan dari dana bantuan yang ia berikan. “Saya merasa bangga karena bantuan yang saya berikan berupa seperangkat gamelan yang selama ini vakum akibat pandemi. Mereka bersuka cita menggelar kuda lumping,” Kak Umi menjelaskan.
Sebelumnya, Kak Umi diketahui memberikan bantuan sebesar Rp 100 juta yang diwujudkan dalam bentuk gamelan. Sayangnya, setelah pembelian gamelan itu masyarakat harus dihadapkan dengan kondisi pandemi Covid-19 sehingga semua aktivitas budaya mandek.
Jaran kepang atau kuda lumping merupakan kebudayaan lokal masyarakat Kabupaten Temanggung. Konsistensi Kak Umi untuk memberikan perhatian pada para pegiat seni merupakan upaya untuk nguri-uri budaya dan menggali potensi masyarakat.
Apalagi, jaran kepang merupakan kesenian favorit masyarakat Kabupaten temanggung. “Pastinya saya bahagia, mereka bisa mengekspresikan dan berkreativitas melalui seni jaran kepang ini,” kata Kak Umi.
“Bagi saya, dalam sambutan saya, kesenian dengan teknologi yang semakin maju bisa dinikmati secara lebih cepat lewat teknologi ini. Jarak yang semakin dekat ini bisa mengubah tradisi, jika kita tak bisa nguri-uri dalam kesenian kuda lumping,” ia menambahkan.
Ia berharap dengan perhatiannya ini, masyarakat khusunya di desa yang memiliki kelompok kesenian dapat berkontribusi untuk melestarikan budaya.
“Kuda lumping ini adalah salah satu budaya kita. Seni adalah ekspresi roh budaya manusia, yang mengandung budaya masyarakat, sehingga seni ini selalu tetap ada,” tegasnya.
Malam kunjungan Kak Umi tersebut dirayakan dengan suka cita bersama masyarakat dari berbagai kecamatan. Bahkan masyarakat yang merantau banyak yang pulang kampung untuk menyaksikan kesenian ini.