JATENG.NASDEM.ID – Siapa yang tak hapal dengan Pancasila? Namun, Pancasila bukan hanya sebuah hapalan saja melainkan nilai-nilai yang harus dihayati dalam kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat yang berbangsa dan bernegara.
Bagi Sekretaris DPD NasDem Kabupaten Banyumas Kak Djadjat Sudradjat, sila kelima dalam Pancasila menurutnya adalah nilai penting yang masih menjadi persoalan hingga kini.
“Saya lebih menyoroti satu poin yang sangat penting, ialah ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’. Sila kelima yang masih menjadi persoalan bukan hanya di Banyumas, tapi juga Indonesia secara umum. Itu yang jadi PR serius bagi kita semua,” katanya kepada Jateng.nasdem.id, Kamis (9/9).
Pancasila sebagai konsensus bangsa Indonesia merupakan peninggalan founding fathers kita yang sangat relevan di berbagai zaman bahkan hingga saat ini. Pancasila, lanjut Kak Djadjat, merupakan hal yang sangat serius dan menjadi komitmen para pendiri bangsa.
“Ini adalah jerih payah seluruh bangsa Indonesia untuk memberikan keadilan bagi seluruh rakyat. Tapi hal ini belum juga terwujud,” paparnya.
Salah satu yang menjadi bukti adalah kesenjangan yang masih terjadi di Indonesia. Penelitian dari LSM Oxfam mencatat bahwa empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan yang dimiliki oleh 100 juta orang termiskin yang mengacu pada Data Kekayaan Global.
Hal ini membuat jurang kesenjangan di Indonesia semakin dalam. “Kesenjangan Indonesia termasuk yang tinggi di dunia, itu adalah surveinya Oxfam, 1 persen orang kaya di Indonesia kekayaannya setara dengan 49 persen orang termiskin di Indonesia. Ini menjadi PR yang sangat serius!,” ucap Kak Djadjat.
Untuk itu, ia menegaskan bahwa keadilan sosial seharusnya mendapatkan prioritas dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia ini. Ia menambahkan bahwa keadilan sosial ini menjadi inti dari hak-hak manusia
Kak Djadjat berpesan pada seluruh pengurus NasDem dan masyarakat bahwa Pancasila adalah nilai dasar yang harus menjadi pegangan hidup yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan berbangsa dan bernegara.
“Pancasila disebut ideolog jalan tengah dan bisa menyelesaikan berbagai persoalan terutama potensi perpecahan bangsa. Tapi jangan lupa karena Bung Karno jatuh karena kesenjangan yang sangat tinggi,” kata mantan jurnalis itu