JATENG.NASDEM.ID – Anggota DPRD Klaten Willy Paul Rindorindo mengajak diskusi Ketua Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Papdesi) Klaten Joko Laksono. Mereka membahas upaya memajukan sektor pertanian secara umum, khususnya di bidang produksi gula.
Dalam diskusi secara santai di Klaten, Rabu kemarin (7/7), Joko Laksono didampingi Sekretarais Padepsi Klaten Heru. Sedangkan sejumlah aktivis pertanian menemani Willy Paul Rindorindo yang juga Sekretaris DPD NasDem Klaten dalam pertemuan tersebut.
Wilayah Klaten, kata Willy, memiliki sejarah panjang terkait dengan industri gula pasir serta perkebunan tebu sebagai bahan dasar dari komoditi tersebut. Bahkan sempat mengalami masa kejayaan pada era koloni Belanda yang sejarahnya terekam dalam Museum Gula Gondang Baru. Pada zaman kemerdekaan, semua aset industri gula dinasionalisasi.
Namun, masalah terus menghantam industri ini, mulai dari masalah dana, lahan tebu yang kian berkurang, hingga peralatan produksi yang makin menua sehingga tidak dapat beroperasi secara optimal.
Menurut Willy, dalam diskusi tersebut terungkap bahwa keterperukuan industri gula di Tanah Air, tidak hanya di Klaten karena serbuan gula impor. Melubernya pasokan gula di pasar membuat harga lokal tidak bisa bersaing, akibatnya industri gula tidak lagi bisa menutup ongkos produksi.
Menyiasati kondisi pasar yang semakin melemah, sejumlah kalangan di Klaten mengembangkan pengolahan tebu menjadi gula cair sebagaimana dikembangkan oleh petani tebu di Desa Malangjiwan, Kecamatan Kebonarum, Klaten.
Di antara keungguan gula cair dibanding kristal adalah lebih ekonomis karena praktis dan heigenis, lebih fresh dan tahan lama. Selain itu menambah tekstur dan kekentalan, berfungsi sebagai pemanis/sirup/rasa, dan rendah glikemik indeks.
Pengembangan gula cair ini, kata Willy, juga bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk menyelematkan pamor indusri gula di Klaten yang kian meredup karena tertelan kemajuan zaman.
Bila produksi gula cair ini bisa dikembangkan, bukan tidak mungkin akan mendorong kembali para petani untuk menggeluti tanaman tebu yang semakin jarang ditemui di sawah-sawah. Misalnya saja di Desa Malangjiwan, dulu banyak petani tebu, sekarang sudah beralih ke tanaman pangan lain bahkan ada yang menekuni tanaman hortikultura.
Meskipun demikian, komoditas tebu masih menjadi unggulan bagi petani Klaten. Saat ini sekitar 537 hektar sawah digunakan untuk menanam tebu dengan hasil kurang lebih 29 ribu ton tebu basah. Selain itu, dari 26 kecamatan, masih ada enam diantaranya yang merupakan sentra penghasil tebu terbesar.