18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Memaknai (lagi) Perjuangan Perempuan di Hari ibu

Hari ibu Indonesia bukan sekadar perayaan peran ibu di dalam urusan domestik rumah tangga

Tanggal 22 Desember diperingati di Indonesia sebagai Hari Ibu. Banyak orang memaknainya sebagai hari cinta kasih sayang seorang anak terhadap ibunya. Sosok ibu merupakan sentral penting dalam tonggak sebuah keluarga. Menjadi ibu merupakan tugas mulia perempuan terhadap anaknya. Namun perempuan Indonesia harusnya lebih berbangga terhadap peringatan Hari Ibu di Indonesia yang dirayakan setiap tanggal 22 Desember. Bukan hanya tentang peran seorang ibu, di hari ini pada 89 tahun silam perempuan Indonesia menyelenggarakan konferensi yang membahas isu penting bagi masa depan perempuan yang berlaku hingga saat ini.

Bukan Mother’s Day

Mother’s Day atau Hari ibu yang dirayakan dunia internasional itu mengacu pada Hari Ibu yang dirayakan di Amerika Serikat dan 75 negara lainnya, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Singapura, Belanda, Malaysia, Taiwan, Hong Kong dan Jepang. Hari Ibu ini dirayakan pada hari Minggu pekan ke dua bulan Mei. Hari Ibu ini memang merupakan hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.

Sejarah Mother’s Day di sini bermula dirayakan pada 1908. Pemrakarsanya adalah Anna Reeves Jarvis yang mengadakan peringatan atas kematian ibunya di Grafton, West Virginia. Jarvis adalah perempuan yang memulai “Mother’s Day Work Clubs” pada tahun-tahun sebelum perang sipil (1861-1865). Organisasi ini mengajarkan perempuan lokal tentang merawat anak-anak mereka. Klub-klub ini kemudian menjadi kekuatan pemersatu yang masih terpecah akibat perang saudara.

Sejarah Hari Ibu yang dirayakan umumnya dunia internasional ini berbeda dengan sejarah Hari Ibu di Indonesia. Tonggak sejarah Hari Ibu di Indonesia bermula pada Kongres Perempuan Indonesia I yang diselenggarakan pada tanggal 22-25 Desember 1928. Di masa gaung pentingnya kesetaraan gender dan penghormatan akan hak-hak perempuan belum menggema, Indonesia yang saat itu belum terbebas dari kungkungan penjajah justru telah menyuarakannya. Perempuan dari 30 organisasi perempuan dan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra menyelenggarakan kongres di gedung bernama Dalem Jayadipuran (kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional) Yogyakarta.

Selain membahas masalah kebangsaan dan persatuan perempuan untuk perjuangan kemerdekaan bangsa, kongres yang diprakarsai oleh tiga tokoh perempuan yakni: R.A. Soekonto dari Wanita Oetomo, Nyi Hajar Dewantoro dari Wanita Taman Siswa dan Soejatin dari Poetri Indonesia mendiskusikan hal penting bagi perempuan, seperti hak perempuan dalam rumah tangga, pemberantasan buta huruf dan kesetaraan dalam hak memperoleh pendidikan, hak-hak perempuan dalam perkawinan, pelarangan perkawinan anak di bawah umur, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita serta menghancurkan ketimpangan dalam kesejahteraan sosial.

Kongres Perempuan Indonesia I inilah yang merupakan tonggak sejarah lahirnya Hari Ibu di Indonesia. Baru pada tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 yang menyatakan bahwa 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Perjuangan belum selesai

Peringatan dan perayaan Hari Ibu biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap menjadi kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Peringatan Hari Ibu saat ini, sering lebih dititikberatkan pada lomba-lomba yang bersifat mengadu keterampilan yang umumnya diharapkan dimiliki oleh seorang perempuan, seperti lomba kebaya, lomba memasak dan lainnya. Tak salah, tapi kiranya tujuan awal yang menjadi semangat Hari Ibu Indonesia tidaklah dilupakan. Terlebih, setelah 89 tahun berlalu sejak Kongres Perempuan I diselenggarakan masih banyak pekerjaan rumah untuk membenahi isu yang diamanatkan kongres itu.

Isu kekerasan terhadap perempuan, woman trafficking, penghargaan terhadap kerja perempuan dalam rumah tangga, serta isu kesehatan reproduksi perempuan masih bertengger di angka tinggi.

Dalam aspek berbangsa dan bernegara, kuota perempuan dalam lembaga legislatif juga belum terpenuhi. Walaupun kita perlu berbangga dalam kabinet era Jokowi-JK keterwakilan perempuan sebagai menteri cukup banyak, bahkan terbanyak di dunia. Kita juga bersyukur, jumlah pemimpin perempuan – termasuk kepala daerah mengalami peningkatan.

Kerja belum selesai. Cita-cita perjuangan yg diamanatkan dalam kongres perempuan 1928 dan kemudian diperingari sebagai Hari Ibu Indonesia harus dilanjutkan dan terus diperjuangkan.

Selamat Hari Ibu.

 

 

22 Desember 2017
Lestari Moerdijat (Rerie)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top