18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

NasDem: Indonesia Sulit Cari Pemimpin Bersih

INDOPOS.CO.ID – Kabar partai politik (parpol) mengeruk untung dari pelaksanaan Pilkada dengan menjual ‘perahu’ bukan sekadar isu. Politisi Partai NasDem, Effendy Choirie menyebutnya parpol telah berbisnis. Fenomena itu membuat Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPP Partai NasDem itu pesimistis Indonesia akan mendapatkan pemimpin yang bersih hingga 30 tahun mendatang.

Ini dikatakan pria yang akrab disapa Gus Choi saat melakukan kunjungan ke kantor Radaksi INDOPOS, di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (9/11). Gus Choi hadir bersama Sekjen DPP Partai NasDem Johnny G. Palte, Sekretaris Mahkamah Partai DPP NasDem Atang, Ketua Bidang Media DPP Partai NasDem Charles Mekiansyah, dan Staf Media DPP Partai NasDem Fahirmal Fahim.

”Kalau kita mengharapkan pemimpin yang bersih, Indonesia hingga 30 tahun mendatang masih belum bisa mendapatkan pemimpin yang bersih,” tukas Gus Choi. Dia meyakini hal itu karena selama ini dalam proses rekrutmen pemimpin dilakukan melalui proses yang tidak bersih.

”Dari proses rekrutmen, sudah tidak bersih. Sudah dikotori dengan pragmatis. Sekarang fenomena yang terjadi, mau membeli kursi sudah diharga, wani piro (berani berapa, Red),” ketusnya.

Bahkan, Gus Choi mengungkapkan, dalam setiap perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), parpol seakan memanfaatkan momen tersebut sebagai waktu untuk mendulang uang. Para calon rela merogoh koceknya agar bisa memperoleh kendaraan politik untuk bisa maju sebagai calon kepala daerah. ”Di Pilkada 2015, itu ada (parpol) yang sampai dapat uang Rp 1 triliun. Rata-rata (setiap parpol) mengantongi Rp 500 sampai 700 miliar dalam satu putaran. Walaupun saya tahu, uang-uang seperti itu tidak semua masuk ke partai politik,” bebernya.

Menurut Gus Choi, fenomena ini menjadi keprihatinan NasDem. ”NasDem sebagai partai politik baru mencoba, bukan membedakan. Tetapi menegakkan satu prinsip bahwa parpol itu alat perjuangan menggunakan Undang-Undang Parpol. Jadi sifatnya suci, termasuk untuk merekrut kepemimpinan. Usaha untuk menjadi sebagai seorang pemimpin, prosesnya harus bersih, harus tidak ternoda,” terang Effendy.

Meski diakui Gus Choi, politik tanpa mahar yang diterapkan partainya kerap menemui tantangan. ”Harus kami alami, calon yang kita usung dan setelah terpilih kemudian menjaga jarak. Untuk diajak berdiskusi persoalan pemerintahan daerah pun, dia mengelak. Tapi kami tidak terpengaruh terhadap hal tersebut. NasDem serius, bahwa alat perjuangan ini tidak boleh dinodai,” ujar politisi asal Gresik, Jawa Timur itu.

Diakuinya, momen Pilkada mestinya menjadi kesempatan untuk mendapatkan uang. NasDem tidak melakukan itu. ”Kursi NasDem secara nasional berjumlah sekitar 1.400. Kalau satu kursi dihargai Rp 300 juta, sudah berapa penghasilan yang diperoleh NasDem dari tahun 2015 hingga 2017. Dan besok ini di Pilkada 2018? Tinggal ngitung aja,” tandasnya.

Sementara, Sekjen DPP Partai NasDem, Johnny G Plate mengatakan, dalam rekrutmen kepemimpinan di pilkada, NasDem telah membentuk Tim 7. Tim ini bertugas menentukan calon yang layak untuk diusung. ”NasDem ini baru 6 tahun usianya, maka kami menyadari terkait kelemahan sumber daya yang kami miliki. Tapi kami tidak bisa menunggu sumber daya sempurna dulu, baru bertempur dalam politik. Maka kami menyesuaikan situasi dan kondisi politik,” jelas Johnny.

Untuk itu, kata Johnny, agar menang dalam kontestasi Pilkada yang ditentukan dengan perolehan suara terbanyak, maka sebagai tolak ukur keterkenalan dan keterpilihan yakni dengan survei. ”Tapi survei yang kami lakukan berbeda. Kalau partai lain, survei digunakan oleh calon untuk meyakinkan kalau calon memiliki elektabilitas tinggi. Kalau kami, yang begitu itu kami buang, nggak perlu itu. Karena bagi kami tidak memberikan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Kami sering mendapatkan keragu-raguan terhadap hasil survei yang dibiayai oleh calon yang bersangkutan, maka kami membuat survei independen sendiri yang menjadi acuan bagi kami terhadap pendapat publik,” kata Johnny.

Meski pada akhirnya, lanjut Johnny, dengan menggunakan cara tersebut, kader partai kerap tidak menjadi pertimbangan partainya untuk diusung. Risikonya, senada dengan Gus Choi, pilihan kepada calon yang bukan kader partainya, kerap menimbulkan kekecewaan. ”Karena biasanya kalau sudah jadi, dia lupa,” pungkasnya.

Untuk diketahui, kehadiran jajaran pengurus DPP Partai NasDem ke INDOPOS dalam rangka pelaksanaan Rapat Kerja Nasional IV partai besutan Surya Paloh itu yang akan digelar di Jakarta Internasional Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, pada 14-17 November 2017. (yay) 

 

Sumber: http://politik.indopos.co.id/read/2017/11/10/116370/NasDem-Indonesia-Sulit-Cari-Pemimpin-Bersih

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top