Mindset masyarakat Indonesia yang sudah terbangun sejak dulu tentang kepemimpinan, yang diidentikan dengan penguasa, nampaknya memberikan pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat. Pengaruh buruk tentang pengertian dua kata ini sering didengungkan oleh penjajah pada saat penjajahan kolonial belanda, sehingga saat ini sebagian rakyat Indonesia beranggapan bahwa pemimpin adalah penguasa.
Kesadaran inilah yang mendorong saya untuk sedikit berpandangan, bahwa sejatinya pemimpin bukanlah penguasa. Pelajaran yang saya dapatkan dari Akademi Bela Negara Partai NasDem.
Materi dalam mata kuliah Kepemimpinan Efektif yang di sampaikan ibu Rerie Lestari Moerdijat dan beberapa Dosen di ABN beberapa waktu lalu, telah memberikan sedikit gambaran bagi saya tentang arti kepemimpinan.
Kembali lagi pada persoalan bangsa ini mengenai arti pemimpin dan penguasa yang telah mengakar di masyarakat, saya piker harus ada pelurusan yang jelas mengenai perbedaan arti pemimpin dan penguasa. Dalam pandangan saya, penguasa identik dengan kekuasaan, kesewenang-wenangan, penindasan yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan.
Ia tidak mewakili suara rakyat, bahkan melakukan tindakan eksploitasi kepada rakyatnya. Arogansi penguasa juga sering kita lihat, bagaimana seorang penguasa menindas rakyat dengan tangan besinya. Mereka menggunakan jabatan sebagai kekuatan untuk bertindak sewenang wenang, bukan malah mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya.
Seorang penguasa, biasanya mendapat kekuasaan dengan cara merebut dari pihak lain, lewat peperangan atau penjajahan. Sebagian besar orang yang berada dalam kekuasaannya, juga tak pernah merasakan kedamaian. Bahkan, tak menutup kemungkinan mereka akan berada dalam kondisi tertekan, karena harus menuruti setiap kemauan penguasa. Penguasa pun memiliki kewenangan tunggal dan bersifat mutlak, serta tak bisa diganggu gugat.
Sedangkan pemimpin, mendapat kepercayaan dari orang lain karena diakui kemampuan intelektual dan kematangan emosionalnya. Pemimpin yang baik, akan selalu mendorong orang yang dipimpinnya untuk mengembangkan potensi. Karena itu salah satu ukuran kesuksesan pemimpin justru dilihat dari kesuksesan orang yang dipimpinnya. Semakin banyak bawahan yang sukses, berarti ia berhasil menjadi pemimpin. Begitu pula sebaliknya.
Dalam pandangan Islam, Nabi Muhammad saw telah memberikan contoh kepemimpinan pada kita semua. Amanah merupakan salah satu prinsip dasar kepemimpinan Rasulullah, selain empat prinsip lainnya, yaitu Shiddîq (jujur), Fathânah (cerdas dan berpengetahuan), Amânah (dapat dipercaya), dan Tablîgh (berkomunikasi dan komunikatif dengan semua orang). Empat sifat dasar ini juga bisa menjadi faktor yang membedakan antara penguasa dan pemimpin.
Apakah pemimpin di Indonesia sudah melakukan tugasnya sebagai seorang pemimpin? Atau malah bertindak sebagai penguasa? Kesadaran inilah yang saat ini diwujudkan oleh Partai NasDem. Kondisi bangsa yang semakin terpuruk oleh pemimpin dengan gaya penguasa, dengan kekuasaannya untuk mempertahaankan kekuasaan. ABN Partai NasDem telah mempersiapkan calon pemimpin yang sejati, pemimpin yang dirindukan bangsa ini. Pemimpin yang mampu melindungi, mengayomi, menyejahterkan, dan yang di cintai rakyat Indonesia.
Didik Machmudi
Mahasiswa ABN Utusan NasDem Jawa Tengah
Source : partainasdem.id