18Tube.tv is a free hosting service for porn videos. You can create your verified user account to upload porn videos to our website in several different formats. 18tube Every porn video you upload will be processed in up to 5 working days. You can also use our embed code to share our porn videos on other websites. On 18Tube.tv you’ll also find exclusive porn productions shot by ourselves. Surf around each of our categorized sex sections and choose your favorite one: amateur porn videos, anal, big ass, blonde, brunette, etc. You will also find gay and transsexual porn videos in their corresponding sections on our website. Watching porn videos is completely free!

Cawe-cawe

Ono Sarwono (Kader NasDem)

ISTILAH cawe-cawe naik daun dan menasional. Itu setelah Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa dirinya akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024. Aneka respons terhadap pernyataan Kepala Negara tersebut menggema di seluruh sudut Tanah Air.

Cawe-cawe ialah ungkapan bahasa Jawa yang diserap menjadi kosakata bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cawe-cawe artinya ikut membantu mengerjakan (membereskan, merampungkan), ikut menangani.

Dalam dunia pakeliran, kisah cawe-cawe yang paling terang benderang dilakukan Kresna demi terpeliharanya peradaban jagat. Raja Negara Dwarawati itu campur tangan dalam Bharatayuda, perang trah Abiyasa, yakni Pandawa melawan Kurawa.

Kresna, sesuai dengan fitrahnya sebagai titisan Bathara Wisnu (Dewa Keadilan), terpanggil ber-cawe-cawe untuk memastikan keutamaan (kebaikan) menang atas kezaliman. Dengan begitu keadilan dan ketenteraman dunia benar-benar terwujud.

Menjadi raja

Semasa kecil, Kresna bernama Narayana. Ia putra Raja Mandura Prabu Basudewa dengan Dewi Mahindra. Sejak belia, Narayana bersama saudara, Kakrasana dan Sembadra, dititipkan kepada Demang Antagopa di dusun terpencil Widarakandang.

Raja mengambil keputusan itu demi masa depan ketiga anaknya. Di kampung itu, ada putra Basudewa lain, Udawa, konon buah hati dari hubungan gelapnya dengan dayang Ken Sagopi. Guna menutupi aib, Sagopi dipasangkan dengan Antagopa.

Berbeda dengan sang kakak, Kakrasana, anak rumahan, Narayana suka mblayang (pergi) bersama Udawa. Lelaki berkulit hitam itu tidak betah di rumah. Namun, dolannya bukan bersenang-senang tapi ngangsu kawruh (menimba ilmu) dari setiap resi yang ditemui.

Puncak pengembaraannya berburu guru ketika bertemu Begawan Padmanaba di Pertapaan Untarayana. Narayana merasa nyaman dan tidak berpaling mencari resi lain. Ia benar-benar terbius wedharan (penjabaran) berbagi ilmu sang guru sejati.

Setelah tuntas mencecap ilmu, Narayana mendapat anugerah pusaka sangat ampuh, yakni Cakra baskara. Tanpa ia sadari bahwa Padmanaba ternyata Bathara Wisnu mengajawantah dan tanpa diduga pula ‘nurnya’ kemudian menyatu dalam raganya.

Berbekal pusaka Cakra, Narayana bersama Kakrasana menyirnakan Kangsa beserta antek-anteknya yang berusaha mengudeta kekuasaan Basudewa. Ketika itu Kangsa mengklaim sebagai anak Basudewa yang berhak atas takhta Mandura.

Setelah ayahnya mangkat, dan Kakrasana menggantikannya sebagai raja bergelar Prabu Baladewa, Narayana meninggalkan Mandura menjalani tapa ngrame (laku membaur rakyat). Pada suatu waktu, sampailah Narayana di wilayah Dwarawati.

Rakyat di negara tersebut tertekan di bawah kekuasaan raja korup Yudakalakresna. Narayana membela rakyat dan terjadi peperangan. Penguasa berwujud raksasa itu mati. Lepas dari penderitaan, rakyat mendorong Narayana menjadi raja mereka.

Narayana menerima aspirasi rakyat Dwarawati dan menjadi raja bergelar Prabu Sri Bathara Kresna. Dewa merestui penobatan itu dan berharap raja baru menciptakan keadilan. Untuk membantu urusan pemerintahan, Udawa diangkat sebagai patih.

Kuasai Jitabsara

Banyak kiprah Kresna menertibkan jagat. Pengorbanan terbesarnya ketika cawe-cawe dalam perseteruan Kurawa dengan Pandawa. Ia membela Pandawa bukan karena adik sepupu, tetapi kelima putra Kunti, bibinya, itu para kesatria utama.

Kresna bertanggung jawab atas keunggulan Pandawa melawan Kurawa, kelompok yang melambangkan kezaliman. Tawaran berbagai kenikmatan duniawi yang dijanjikan Kurawa bila sudi berada di pihaknya, ditolaknya dengan cara halus.

Sejak dini Kresna mengawal kesadaran dan memberi nasihat kepada Pandawa tentang kodrat akan terjadinya Bharatayuda, perang yang dianggap sebagai sidang pengadilan. Kalau Semar mengasah jiwa Pandawa,  Kresna menyiapkan strategi.

Demi misi memenangkan Pandawa itu, Kresna diam-diam beralih rupa menjadi lanceng dan menyelinap ke Kahyangan ketika para dewa sedang membicarakan Bharatayuda. Tujuannya, mendapatkan kitab Jitabsara, skenario perang tersebut.

Singkat cerita, penguasa Kahyangan Bathara Guru mengizinkan Kresna membawa Jitabsara tetapi dibarter dengan pusaka Kembang Wijayakusuma. Ini pusaka yang kesaktiannya bisa menghidupkan kembali makhluk yang mati belum takdirnya.

Di tangan Kresna, isi Jitabsara diutak-atik. Sejumlah skenario para dewa diubah. Di antaranya, Baladewa yang semula diplot membela Kurawa berhadapan dengan Antareja, dihapus. Kakaknya itu disetel tidak terlibat dalam perang saudara itu.

Kresna benar-benar berkuasa atas Jitabsara. Maka, sesungguhnya ia sudah tahu apa yang terjadi dalam Bharatayuda meski perang belum berlangsung. Bukan itu saja, Kresna juga sudah menggenggam akhir kisah peperangan.

Namun, sesuai dengan sumpahnya, Kresna menjaga rahasia Jitabsara. Tidak ada titah lain di marcapada yang tahu jalannya perang dan pihak mana pemenangnya. Eksklusivitas Kresna tersebut semata karena sebagai titah titisan Bhatara Wisnu.

Meski sudah tahu tetek bengek yang bakal terjadi dalam Bharatayuda, pada tataran lahiriah Kresna tetap mempersiapkan Pandawa dengan sebaik-baiknya. Begitu juga ketika pecah perang, bukan hanya mengatur strategi, tapi menunjuk senapatinya.

Angkara murka sirna

Uniknya, dinamika dalam perang tetap terjadi. Misalnya, Arjuna sempat menolak berhadapan dengan Karna karena saudara kandung lain ayah. Kresna melangkah menebalkan hati panengah Pandawa itu bahwa ini tugas suci yang mesti dijalani.

Begitu juga Puntadewa, yang sejak awal menolak perang. Sulung Pandawa ini memilih mengalah dan bersedia menerima apapun risikonya. Tapi, Kresna meyakinkan kesatria ‘berdarah putih’ ini bahwa Bharatayuda itu sebuah kepastian.

Demikian sekelumit kisah cawe-cawe Kresna dalam Bharatayuda. Poinnya, cawe-cawenya itu bukan karena kepentingan atau nafsu pribadi melainkan kewajibannya sebagai pemelihara keadilan. Memastikan kezaliman dan angkara murka sirna.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top