JATENG.NASDEM.ID – Perayaan Waisak 2567 BE di kawasan Candi Borobudur berlangsung khusyuk. Masyarakat umum juga turut menyambut perayaan tahunan tersebut dnegan meriah, terlebih dengan tradisi Thudong (berjalan kaki) yang dilaksanakan oleh para biksu asal Thailand.
Wakil Ketua Bidang Pariwisata dan Industri Kreatif DPW NasDem Jawa Tengah, Maladi, menyebutkan tingginya antusiasme masyarakat dalam menyambut biksu thudong serta perayaan Waisak.
“Semenjak dari biksu berjalan kaki dari Thailand dengan jumlah 32 orang, masyarakat antusias dalam penyambutannya. Ini sangat luar biasa termasuk saya menyambut di Borobudur. Masyarakat juga antusias dalam mengikuti prosesi Waisak,” terang Maladi.
Pegiat wisata Borobudur ini menegaskan bahwa perayaan Waisak ini turut melibatkan masyarakat terutama membantu, menyambut, dan menjamu para biksu.
“Ini boleh dibilang kebersamaan dan kerukungan, semua nampak hidup. Para biksu yang jalan disambut di setiap kota didampingi dari semua unsur aparat hingga masyarakat, dijamu sampai ada yang memijat. Relawan sangat luar biasa. Bukan hanya dari relawan saja, namun juga dari Banser. Luar biasa!,” tambah Maladi.
Ia berharap kebersamaan dan kerukunan antaragama yang ditunjukkan dalam perayaan Waisak ini menjadi awal kebersamaan yang baik.
Dampak Positif pada Ekonomi
Selain menjadi wujud persatuan, perayaan Waisak tahun ini juga memberikan dampak positif terhadap ekonomi di sekitar kawasan Candi Borobudur. Hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar yang merupakan pelaku usaha, mulai dari UMKM hingga homestay.
“Dampak yang dirasakan selain untuk ritual keagamaan juga pariwisata 99 persen penuh. Ini bagus karena diawali dari pejalan kaki biksu thudong disambut antusiasme masyarakat sampai kemacetan di Borobudur sangat luar biasa ditanbah dnegan prosesi terakhir pemanjatan doa disertai dengan penerbangan lampion,” terang Maladi menjelaskan rangkaian prosesi.
Anggota DPRD Kabupaten Magelang ini menegaskan antusiasme masyarakat dalam mengikuti prosesi waisak terutama penerbangan lampion ini sangat tinggi ditunjukkan dari pembelian tiket yang begitu ramai hingga menjadi rebutan.
Ia berharap perayaan waisak ini menjadi momen kebangkitan ekonomi di Borobudur di saming kemeriahan dan kehusyukan perayaan Waisak kemarin.
Tradisi Thudong para Biksu ini menjadi ajang promosi di samping kekhusukan dalam beribadah. Maladi yakin ini akan memberikan nilai positif, serta berharap kebijakan pembatasan pengunjung yang ditetapkan pemerintah ini dapat ditinjau kembali dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal yang bergantung pada jumlah kunjungan wisatawan.
“Saya mengucapkan selamat Hari Waisak, semoga dari sini ada pencerahan dalam hal jumlah kunjungan ke Candi Borobudur. Jika bisa jangan ada pembatasan agar ekonomi bisa berjalan,” pungkasnya.