JAKARTA, (17 Januari): Partai yang masih menerapkan mahar politik akan mengalami kesulitan dalam Pemilu 2019. Ketua DPW NasDem DKI Jakarta, Wanda Hamidah menuturkan praktik mahar akan mencoreng citra partai sehingga partai akan tidak mampu menghasilkan pemimpin yang berkualitas baik itu di tingkat daerah ataupun legislatif.
“Padahal, partai punya banyak sisi positif yang bisa ditunjukkan. Kita tidak boleh lupa bahwa tugas parpol untuk mengedukasi masyarakat,” ujar Wanda dalam acara Diskusi Publik bertajuk Perspektif Politik 2019 yang digelar DPW NasDem DKI Jakarta di Jalan Borobudur Nomor 20, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (16/1) malam.
Beberapa narasumber kompeten turut hadir dalam diskusi tersebut antara lain, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Head of Content Geolive ID Citta Irlanie, Ketua Rumah Imperium Reza Zaki, dan Peneliti CSIS Arya Frenandes.
Wanda melanjutkan, produk 2019 bukan hanya melahirkan produk politisi baru, tetapi juga negarawan baru sehingga para aktor, kader, dan peserta pemilu dan pileg 2019 adalah orang-orang yang punya rekam jejak pemberdayaan masyarakat yang baik di setiap daerahnya masing-masing.
Menambahkan, Ketua Rumah Imperium Reza Zaki mengatakan, parpol harus bijak dalam melahirkan calon pemimpin, baik sebagai kepala daerah maupun calon anggota legislatig. Pentas Pemilu 2019, lanjut dia, harus menjadi ajang untuk melahirkan aktor-aktor sosial di ranah politik.
“Karena itu, mahar jangan dibawa sampai ke politik. Orang akan terjebak dalam situasi bagaimana dia harus mengembalikan modal untuk pencalonan. Disinilah rekam jejak menjadi penting. Kalau orang sudah punya rekam jejak, jangankan mahar, kalau perlu dibayar orang itu sama parpol. Kalau sudah punya rekam jejak, masih juga dimintai mahar, itu parpolnya yang harus kita lawan bersama-sama,” terangnya.
Menyonsong Pemilu 2019, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai Pemilu 2019 harus dijadikan sebagai momentum mengakhiri transisi demokrasi di Indoensia. Fahri mendesak agar para elite politik sudah mulai memikirkan untuk membangun sebuah sistem demokrasi yang final dari pada hanya sibuk berkontestasi merebut kekuasaan.
“Persoalan kita sehari-hari, kita tidak kunjung mengakhiri transisi dalam demokrasi. Pemilu 2019 itu kita harus sudah mulai memandang sistem itu supaya dia final. Tidak bisa lagi mudah bergejolak,” ujar Fahri. (Uta/*)
SUMBER: https://www.partainasdem.id/read/3988/2018/01/17/mahar-sulitkan-parpol-cetak-pemimpin-berkualitas